Pemimpin Hamas: 80 Militan Tewas dalam Perang 11 Hari
GAZA, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin Hamas di Jalur Gaza pada hari Rabu (26/5) mengatakan bahwa 80 militan tewas selama 11 hari serangan militer Israel di daerah kantong pantai itu. Ini penghitungan resmi pertama kelompok itu atas kerugian yang diderita dalam pertempuran itu.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza menyebutkan jumlah warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel bulan ini sebanyak 254 orang, termasuk 66 anak-anak, 39 perempuan, dan 17 orang di atas usia 60 tahun.
Berbicara kepada The Associated Press, pemimpin Hamas, Yehiyeh Sinwar, mengatakan mereka yang tewas pekan lalu termasuk 57 anggota sayap bersenjata kelompoknya, 22 anggota kelompok Jihad Islam yang lebih kecil dan satu anggota kelompok kecil yang disebut Komite Perlawanan Populer.
Hamas mempresentasikan daftar dari Kementerian Kesehatan yang mengidentifikasi perempuan dan anak-anak yang meninggal. Yang tertua laki-laki berumur 90 tahun, sedangkan ada delapan anak berumur dua tahun ke bawah. Daftar tersebut belum diverifikasi secara independen, tetapi banyak nama yang sudah terkenal.
Sementara itu, 12 orang tewas di Israel, kebanyakan akibat dari tembakan roket. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengklaim bahwa sekitar 200 militan tewas tetapi belum memberikan bukti yang mendukung angka tersebut.
Penyelidikan Kemungkinan Kejahatan Perang
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah meluncurkan penyelidikan atas kemungkinan kejahatan perang oleh Hamas dan Israel, termasuk kemungkinan kekuatan yang tidak proporsional oleh Israel dan tembakan roket tanpa pandang bulu oleh Hamas.
Selama putaran pertempuran terakhir, Israel mengatakan pihaknya hanya menargetkan infrastruktur militer Hamas dan menuduh kelompok itu berlindung di daerah pemukiman dan menggali terowongan di bawah rumah.
Sekitar 1.000 bangunan, termasuk empat menara bertingkat tinggi, hancur, menurut perkiraan PBB. Israel mengatakan bangunan itu digunakan sebagai pusat komando militan atau digunakan untuk menyembunyikan terowongan.
Sinwar membantah klaim Israel. “Bohong ketika dikatakan ada target militer di daerah ini atau di bawah tanah,'' katanya.
Salah satu gedung bertingkat tinggi yang diserang Israel menampung kantor The Associated Press di Gaza. Israel mengatakan intelijen militer Hamas menggunakan bangunan itu, meskipun belum secara terbuka memberikan bukti apa pun yang mendukung klaim tersebut.
Presiden dan kepala eksekutif AP, Gary Pruitt, mengatakan agensi tersebut tidak memiliki indikasi kehadiran Hamas di gedung tersebut dan tidak pernah diperingatkan tentang kemungkinan kehadirannya. Dia telah mendesak Israel untuk menunjukkan buktinya dan menyerukan penyelidikan independen atas penghancuran bangunan tersebut.
Sinwar, sementara itu, juga membantah klaim Israel bahwa mereka telah membunuh sejumlah militan dalam manuver larut malam selama pertempuran itu.
Serangan ke Terowongan Hamas
Pada 13 Mei, Israel mengerahkan pasukan di sepanjang perbatasan Gaza dan mengatakan kepada beberapa media bahwa mereka telah meluncurkan kampanye darat dalam apa yang dilaporkan sebagai tipu muslihat yang dimaksudkan untuk mengirim militan bersembunyi di terowongan. Israel kemudian mengebom area terowongan dengan keras, mengklaim telah menimbulkan banyak korban jiwa.
Sinwar mengatakan Hamas mengenali “trik”” itu dan memerintahkan militan untuk mengevakuasi terowongan. Dia mengatakan tidak ada pejuangnya yang terbunuh. “Ini adalah kebohongan yang membuat pendudukan bertanggung jawab,'' katanya kepada wartawan asing.
Dia mengatakan, bagaimanapun, bahwa 18 militan Hamas tewas di sebuah terowongan beberapa hari sebelumnya di bagian lain Gaza. Tubuh mereka ditemukan setelah gencatan senjata berlaku, katanya.
Israel melancarkan empat serangan di Jalur Gaza sejak Hamas menguasai pesisir pantai dari Otoritas Palestina yang diakui secara internasional pada tahun 2007.
Putaran terakhir ofensif Israel dipicu oleh tindakan keras Israel selama berminggu-minggu terhadap warga Palestina di Yerusalem di dalam dan sekitar Masjid Al-Aqsa. Protes diarahkan pada kebijakan Israel di daerah itu selama bulan suci Ramadhan dan ancaman penggusuran puluhan warga Palestina oleh pemukim Israel di lingkungan Arab Sheikh Jarrah.
Meskipun terjadi kerusakan parah di Gaza, Sinwar mengatakan kelompoknya tidak akan pernah mengakui Israel dan siap untuk berperang lagi atas Yerusalem. “Jika seluruh dunia tidak bergerak untuk berhenti dan membatasi tindakan pendudukan di masjid Al-Aqsa, Syekh Jarrah dan kota suci pada umumnya, itu akan menjadi alasan untuk memicu perang agama besar di wilayah itu,'' katanya. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...