Pemimpin Hindu Bangladesh Ditahan Karena Unjuk Rasa untuk Perlindungan Minoritas
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Seorang pemimpin Hindu Bangladesh terkemuka yang telah memimpin unjuk rasa menuntut keamanan bagi umat Hindu di negara yang mayoritas Muslim itu diperintahkan ditahan atas tuduhan penghasutan pada hari Selasa (26/11).
Hakin pengadilan, Kazi Shariful Islam, menolak jaminan bagi Krishna Das Prabhu dan memerintahkannya ditahan sambil menunggu proses lebih lanjut. Namun, saat polisi berupaya mengangkut pemimpin Hindu tersebut ke penjara, para pendukungnya mengepung mobil van yang membawanya, memaksanya berhenti.
Umat Hindu dan anggota kelompok minoritas lainnya mengatakan bahwa mereka menghadapi lebih banyak serangan daripada sebelumnya sejak mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina meninggalkan negara itu di tengah pemberontakan massal pada bulan Agustus dan pemerintahan sementara mengambil alih kekuasaan. Pemerintah mengatakan bahwa ancaman terhadap umat Hindu telah dibesar-besarkan.
Sekitar 91% penduduk Bangladesh beragama Islam, dengan umat Hindu merupakan mayoritas sisanya.
Prabhu, yang juga dikenal sebagai Chinmoy Krishna Das Brahmachari, menghadapi dakwaan penghasutan yang diajukan pada bulan Oktober setelah ia memimpin unjuk rasa besar-besaran di Chattogram di mana ia dituduh tidak menghormati bendera nasional Bangladesh.
Ia ditangkap di bandara utama Dhaka pada hari Senin (25/11) saat bepergian ke Chattogram di Bangladesh tenggara.
Kushal Baran Chakrabarty, yang mendampingi Prabhu pada saat penangkapannya, mengatakan bahwa beberapa detektif membawa pemimpin Hindu tersebut ke mobil polisi di bandara.
“Chinmoy Prabhu memberikan teleponnya kepada saya saat ia dipaksa masuk ke mobil polisi. Para detektif polisi berdesak-desakan dengan kami untuk mengambil paksa teleponnya dan mereka pun mengambilnya. Kami kemudian mengikuti mobil polisi yang menuju markas Cabang Detektif di Jalan Minto di Dhaka,” katanya. “Kami tetap berada di luar kantor Cabang Detektif.”
Prabhu menghadapi dakwaan penghasutan yang diajukan pada bulan Oktober setelah ia memimpin unjuk rasa besar di Chattogram di mana ia dituduh tidak menghormati bendera nasional Bangladesh. Harian terkemuka Prothom Alo yang berbasis di Dhaka melaporkan bahwa Prabhu akan diadili pada hari Selasa, dan dua orang lainnya telah ditangkap dalam kasus tersebut.
Pada hari Selasa (26/11), pemimpin Hindu tersebut dibawa ke pengadilan hakim Kazi Shariful Islam di kota Chattogram di tenggara, kantor berita United News of Bangladesh melaporkan. Pengadilan penuh sesak dan puluhan pengacara berdiri untuknya agar mengajukan jaminan.
Sejak bulan Agustus, Prabhu telah memimpin beberapa unjuk rasa besar yang menuntut keselamatan bagi umat Hindu, karena pemerintah sementara yang dipimpin oleh peraih Nobel Perdamaian, Muhammad Yunus, mengatakan laporan tentang serangan telah dibesar-besarkan.
Banyak orang di pemerintahan sementara melihat unjuk rasa umat Hindu sebagai ancaman terhadap stabilitas dan taktik untuk merehabilitasi Hasina dan partai Liga Awami-nya.
Partai sekuler yang telah lama berkuasa itu dipandang sebagai pelindung minoritas Hindu dan memiliki hubungan dekat dengan negara tetangga India. Ratusan pendukung Hasina, termasuk banyak pembantu dekatnya, diyakini telah melarikan diri ke India setelah kejatuhannya.
Prabhu adalah seorang pemimpin Hindu terkemuka dan tokoh yang disegani. Ia adalah anggota kelompok Sammilito Sanatan Jagaran Jote Bangladesh. Ia juga terkait dengan International Society for Krishna Consciousness, yang dikenal luas sebagai gerakan Hare Krishna, dan bertindak sebagai juru bicara kelompok tersebut di Bangladesh.
Para pengikut Prabhu turun ke jalan di Chattogram dan Dhaka untuk menuntut pembebasannya pada hari Senin.
Di Dhaka, segerombolan orang bersenjata tongkat menyerang pengunjuk rasa Hindu pada Senin malam di persimpangan Shahbagh dekat Universitas Dhaka.
Kalbela, harian berbahasa Bengali, mengatakan dalam sebuah laporan video pada Senin (25/11) malam bahwa para penyerang mengusir pengunjuk rasa Hindu dari daerah tersebut.
Hasina melarikan diri dari negara itu pada 5 Agustus setelah protes yang dipimpin mahasiswa berubah menjadi pemberontakan massal, yang mengakhiri kekuasaannya selama 15 tahun. Badan keamanan negara itu berjuang untuk menjaga ketertiban karena badan kepolisian tetap kehilangan semangat setelah puluhan anggotanya terbunuh selama pemberontakan massal pada bulan Juli dan Agustus. (AP)
Editor : Sabar Subekti
RI-Singapura Latihan SAR Kecelakaan Penerbangan di Natuna
NATUNA, SATUHARAPAN.COM - Indonesia dan Singapura menggelar latihan bersama pencarian dan pertolonga...