Pemimpin Milisi Syiah dan Anggota Parlemen Irak Meninggal Akibat Ledakan Bom
PBB memperingatkan meningkatnya gelombang pengungsi warga Irak akibat Serangan NIIS. Sekitar 180.000 orang mengungsi dari Provinsi Anhar.
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM – Ledakan bom bunuh diri terjadi di ibu kota Irak, Baghdad, hari Selasa (14/`10) mengakibatkan sedikitnya 21 orang meninggal, termasuk seorang pemimpin milisi Irak, dan anggota parlemen, kata pejabat setempat seperti dikutip AFP.
Ahmed al-Khafaji, seorang komandan milisi Syiah di Badr, termasuk korban dalam serangan di kawasan Kadhimiyah bersama anggota seorang parlemen, kata seorang pejabat medis mengatakan.
Beberapa polisi juga meninggal akibat ledakan itu yang juga mengakibatkan 23 orang lainnya terluka, menurut seorang pejabat kementerian kesehatan dan sumber rumah sakit.
Sebelumnya, pada hari Senin, sedikitnya 43 orang meninggal akibat tiga serangan bom di Baghdad, termasuk satu bom di pinggiran Kadhimiyah. Kelompok yang menamakan dirinya Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) mengklaim melakukan serangan itu.
Organisasi jihad itu juga mengaku bertanggung jawab atas tiga serangan lainnya. Kelompok itu mengatakan bahwa orang Arab Saudi pengikutnya yang meledakkan bom mobil bunuh diri yang menggunakan 650 kilogram bahan peledak dalam aksinya di Sadr City.
Kadhimiyah menjadi satu dari dua daerah target NIIS dalam serangan yang membunuh lebih dari 40 orang pada hari Sabtu.
Gelombang Pengungsi
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan bahwa lebih dari 1.110 orang meninggal dalam aksi kekerasan di seluruh Irak pada bulan September. Kantor berita AFP menyebutkan lebih dari 350 orang meninggal dalam Oktober ini.
Pertumpahan darah terus terjadi di garis depan di mana pasukan federal Irak dan pasukan Kurdi bertempur menghadapi NIIS. Sedangkan di Baghdad ledakan bom dan eksekusi terus terjadi.
PBB memperingatkan adanya gelombang pengungsi menyusul serangan yang dilakukan oleh NIIS. Warga sipil yang mengungsi itu akan menghadapi kesulitan di tengah cuaca dingain dank amp-kamp pengungsi yang makin sesak.
Dalam berita yang dirilis oleh Badan PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dari Jenewa disebutkan bahwa sekitar 180.000 orang mengungsi di kota Hit, di Provinsi Anhar, setelah NIIS menyerbu ibu kota provinsi itu.
Banyak pengungsi kini berlindung pada kerabat dan teman-teman serta di sekolah-sekolah, masjid dan tempat penampungan yang umumnya sudah kewalahan melayani banyaknya pengungsi. pengungsi.
"Sampai saat ini, Hit menjadi tempat yang aman bagi mereka yang melarikan diri dari gelombang kekerasan di Ramadi, Fallujah dan bagian lain dari Anbar. Tempat itu menyediakan perlindungan bagi sekitar 100.000 pengungsi," kata pernyataan UNHCR.
Badan PBB ini menyebutkan bahwa gelombang eksodus terbaru ini merupakan gelombang pengungsian besar keempat tahun ini di Irak.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...