Pemuda Harus Siap Merebut Indonesia Emas
“Indonesia emas ini milik kalian, bukan milik kami. Kalau kita bersatu, Indonesia merdeka. Kalau kita bercerai, Indonesia lepas satu-satu.”
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tonggak sejarah Indonesia terbagi atas dua masa, yakni masa perjuangan sebelum Indonesia merdeka dan masa perjuangan setelah Indonesia merdeka. Masa setelah Indonesia merdeka adalah masa untuk memperjuangkan Indonesia emas pada 2045 mendatang.
“Pemuda sekarang harus siap merebut indonesia emas pada 2045 mendatang. Ini tugas sejarah, kita lihat apa yang akan terjadi nanti. Indonesia emas milik pemuda, bukan milik siapapun. Indonesia di tangan pemuda,” Pangdam Jaya, Mayor Jenderal Agus Sutomo, S.E pada Rabu (19/11) pada Kuliah Umum di Universitas Kristen Indonesia, Cawang, Jakarta Timur menyerukan imbauannya.
Perjalanan Sejarah
Agus menjelaskan, perjalanan sejarah Indonesia begitu panjang. Pada 1602, VOC pertama kali mendarat di Sunda Kelapa atau Jayakarta, dan setelahnya selama 306 tahun Indonesia dijajah oleh Belanda. Saat penjajahan tersebut, banyak putra dan putri Indonesia meninggal sia-sia karena kerja keras tanpa memperoleh bayaran sedikitpun.
Selanjutnya, kata Agus, pemuda bernama Bung Tomo pada 20 Mei 1908 membuat organisasi kepemudaan bernama Budi Utomo. Dia mengajak anak-anak muda pada saat itu mengawal kebangkitan nasional.
“Konsep itu berjalan selama 20 tahun. Puncaknya pada 28 Oktober 1928, suara pemuda bergelora. Pemuda seluruh Indonesia untuk menyatukan semangat, hanya dengan satu kalimat yaitu ‘merdeka atau mati’,” Agus menjelaskan.
Dengan kerja keras sendiri tanpa dukungan dari negara manapun, kata Agus, pemuda terus bergerak.
“Hasilnya, pada 17 Agustus 1945 dikibarkanlah bendera Indonesia yang dijahit oleh Ibu Fatmawati selama semalam dan pidato proklamasi kemerdekaan Indonesia disampaikan oleh Soekarno. Indonesia merdeka berkat pemuda,” ujar Agus.
Tonggak Sejarah Kedua
Menuju Indonesia Emas, kali ini pemuda kembali dihadapkan dengan tantangan. Dalam perjalanan setelah meraih kemerdekaan, tonggak sejarah kedua dimulai.
Berbagai gejolak muncul, misalnya pada 1966 terjadi pergolakan internal dalam negeri. Politisi berebut kekuasaan.
“Oleh sebab itu, pada saat itu Soekarno membangun sistem pertahanan agar tidak lagi dijajah. Armada perang zaman itu sangat kuat. Setelah 1966, pada saat pergantian era orde lama menjadi orde baru, Soeharto membangun ‘perut’ Indonesia. Pada masa itu, Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 13 persen. Pada 1998 reformasi bergulir, kembali lagi pemuda tampil paling depan untuk memperjuangkan keadilan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
Pada 2008, Susilo Bambang Yudhoyono membangun kembali sendi-sendi kehidupan. Ini adalah proses sejarah yang berliku-liku, yang panjang dan penuh perjuangan,” Agus menjelaskan.
Menilik perjalanan sejarah yang cukup panjang ini, menurut Agus tantangan ke depan bagi pemuda ialah menghadapi masalah sosial yang lebih pelik.
Pemuda akan terus menghadapi berbagai macam demonstrasi.
“Nantinya, demo buruh di mana-mana, mereka mengajukan tuntutan dengan cara yang intimidatif,” ujarnya.
Untuk itu, Agus mengusulkan agar pemuda sebagai pejuang Indonesia emas harus benar-benar bisa merangkul buruh.
“Prinsipnya, buruh harus sejahtera karena di tangan-tangan buruh lah pengusaha mendapat untung,” kata Agus.
“Indonesia emas ini milik kalian, bukan milik kami. Kalau kita bersatu, Indonesia merdeka. Kalau kita bercerai, Indonesia lepas satu-satu,” Agus memungkasi.
Editor : Eben Ezer Siadari
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...