Pemulihan Kawasan Rumput Laut Dapat Atasi Perubahan Iklim
SYDNEY, SATUHARAPAN.COM - Penelitian yang dipublikasikan dalam Royal Society journal Proceedings B menemukan bahwa perlindungan dan pemulihan kawasan rumput laut dapat menjadi strategi penting dalam mengatasi perubahan iklim.
Dijelaskan dalam penelitian itu, rumput laut merupakan tumbuhan bawah laut yang membentuk kawasan padang rumput di sepanjang pantai di semua benua kecuali Antartika. Kawasan ini selain menjadi habitat ikan-ikan kecil, juga berfungsi menyerap zat karbon.
"Kita tahu bahwa rumput laut menyerap dan menyimpan karbon 40 kali lebih cepat dibandingkan hutan tropis," kata Dr Peter Macreadie, pakar ekologi kelautan dari Deakin University dan University of Technology, Sydney sebagaimana dikutip Australia Plus, hari Rabu (21/10).
Dia menambahkan, rumput laut juga mampu menyimpan karbon lebih lama dibandingkan hutan.
"Kawaan rumput laut menyimpan zat karbon dalam ukuran ribuan tahun, dan akan bertahan terus kecuali anda merusak ekosistemnya," kata Macreadie.
Sebelum penelitian ini dilakukan, belum ada kepastian apakah zat-zat karbon purba akan terlepas kembali ke atmosfir jika kawasan rumput laut rusak.
Macreadie dan timnya kemudian mengambil sampel perbandingkan rumput laut di kawasan yang pernah rusak dan di kawasan yang tidak pernah dirusak manusia. Ketika peneliti mengukur waktu sedimentasi, diketahui bahwa ada sedimen yang berkisar antara 1.300 hingga 3.000 tahun.
"Sekitar 50 persen kawasan rumput laut di dunia telah hilang sejak tahun 1990an. Itu sama dengan ukuran dua lapangan bola setiap jam," katanya.
Dijelaskan, penelitian terdahulu menunjukkan bahwa sekitar 50 persen karbon yang terserap oleh rumput laut berasal dari darat.
Dalam lima tahun terakhir semakin muncul kesadaran pentingnya kawasan rumput laut, rawa-rawa air asin, serta hutan bakau bagi siklus karbon di bumi.
"Kawasannya hanya sekitar 1 persen dari seluruh wilayah laut, namun mampu menyerap hingga 70 persen karbon di lautan," kata Macreadie.
Tim peneliti Australia menemukan kawasan padang rumput laut yang rusak ternyata melepaskan zat-zat karbon yang usianya telah ribuan tahun.
Menurut penelitian, karbon yang selama ini terperangkap dalam pasir akhirnya terlepas akibat rusaknya rumput laut yang berfungsi sebagai penapis.
Hal itu diungkapkan dalam riset yang dilakukan tim peneliti Australia di kawasan padang rumput laut di Jervis Bay, New South Wales, yang pernah menjadi lokasi ujicoba seismik di tahun 1960-an.
"Kami menemukan bahwa di wilayah yang pernah terganggu itu, terjadi penurunan jumlah karbon organik sekitar 72 persen," kata Macreadie.
Editor : Bayu Probo
Israel Pada Prinsipnya Setuju Gencatan Senjata dengan Hizbul...
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Siaran media Kan melaporkan bahwa Israel pada prinsipnya telah menyetujui...