Pendeta Basoeki Probowinoto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pendeta Basoeki Probowinoto diusulkan menjadi Pahlawan Nasional atas kontribusinya dalam kebangsaan Indonesia.
Usulan itu disampaikan dalam rangkuman Simposium "Menelusuri Jejak Pemikiran dan Karya Fenomenal Pendeta Basoeki Probowinoto" di Grha Oikoumene PGI, Jakarta, hari Kamis (10/11). Simposium ini diselenggarakan oleh Universitas Kristen Satya Wacana bekerja sama dengan Yayasan Komunikasi Indonesia.
“Kami akan membuat rekomendasi untuk pemerintah, rekomendasi di mana menekankan aspek perlunya Pendeta Basoeki Probowinoto diakui sebagai pahlawan nasional, dan dengan demikian akan dilegalkan aspek keteladanan perjuangan dari Pendeta Basoeki Probowinoto ini,” kata anggota Tim Perumus, Sigit Triyono di akhir simposium.
Sigit mengatakan, kontribusi Pendeta Basoeki Probowinoto dalam kebangsaan Indonesia sangat banyak. Pendeta Probowinoto berkarya mulai dari Pandu Kristen, lalu kemudian berkarya di gerejanya, lalu berkarya banyak untuk bangsanya melalui partai Kristen Indonesia.
“Lalu kemudian juga secara internasional karya-karyanya di bidang pendidikan,” lanjutnya.
Profil Pendeta Basoeki Probowinoto
Sepanjang perjalanan hidupnya, Pendeta Basoeki Probowinoto dikenal sebagai tokoh bersejarah baik di tingkat lokal Kota Salatiga serta nasional. Kiprahnya yang fenomenal turut mempertegas karakter yang terukir melalui karya-karya nyata. Di tingkat nasional Probowinoto turut andil sebagai anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) dalam mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia.
Probowinoto juga terlibat sebagai salah satu pendiri Partai Kristen Indonesia (Parkindo) yang berpusat di Jalan Matraman Jakarta. Dalam bidang institusi dan pendidikan, Probowinoto juga menorehkan karya nyata sebagai Ketua DPRD kota Salatiga pertama dan berperan nyata sebagai pendiri Universitas Kristen Satya Wacana yang melayani bidang pendidikan secara nasional.
Kegiatan Probowinoto secara nasional di bidang politik dimulai di Yogyakarta melalui berbagai interaksi dan menerbitkan majalah. Pada jaman penjajahan Jepang, Probowinoto pindah ke Jakarta dan berkomunikasi dalam gerakan kemerdekaan dengan para tokoh nasional kemerdekaan seperti Ir Sukarno dan dr. Leimena, bahkan aktif di gerakan PUTERA yang didirikan oleh Bung Karno.
Memperjuangkan Kehormatan Tuhan
Probowinoto dalam usia muda kemudian menjadi anggota KNIP atas usulan Wali Kota Jakarta Suwiryo. Ada empat pokok pikiran yang diperjuangkannya saat itu: satu, memperjuangkan kehormatan Tuhan termasuk di bidang politik. Dua, peranan politik demi memperjuangkan keselamatan bangsa.
Tiga, peranan politik adalah satu bagian dari kemanusiaan manusia. God-centered-life bukan man-centered-life. Dan empat, machtvorming dan machtanwerking diabdikan bagi keselamatan manusia.
Probowinoto aktif dalam mengikuti 34 kali sidang KNIP yang berfungsi sebagai Parlemen sebelum dibentuknya DPR.
Ketika kemerdekaan RI diakui Konferensi Meja Bundar (KMB) pada bulan Desember 1949 berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Tanggal 17 Agustus 1950 RIS berubah menjadi Republik Indonesia, negara menjadi bebas maka bangsa menjadi bebas untuk mengisi pembangunan.
Konteks tahun 1950 itu menjadi latar belakang dari inisiatif pendirian Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) memulai dengan PTPG, karena ditinggalkannya persekolahan oleh Belanda, termasuk persekolahan zending.
Pendeta Probowonoto bersama-sama dengan RMS. Pasaribu dan pendeta Tan Ik Hay memilih untuk mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen Indonesia (PTPG-KI) Salatiga karena kebutuhan guru lebih mendesak pada saat itu baik untuk sekolah-sekolah Kristen maupun Negeri.
Probowinoto terlibat dalam pemikiran awal pendirian PTPG-KI Salatiga 1956 yang kemudian menjadi UKSW (1960) yang didasarkan pada pemikiran awal tahun 1947, di mana Indonesia membutuhkan banyak guru serta mencipta universitas yang bersifat nasional-ekumenis sebelum lahirnya DGI tahun 1950. Sebelum kehadiran PTPG-KI Salatiga terlebih dahulu berdiri Universitas Nommensen di Medan dan UKI di Jakarta.
Pendirian PTPG-KI Salatiga adalah sangat strategis, inilah cara gereja-gereja di Indonesia mencoba memberikan kontribusi bagi bangsa yang baru merdeka untuk membangun pendidikan karena tanpa pendidikan yang kuat maka bangsa baru ini akan alami masalah. Inilah perbedaan konteks UKSW dibandingkan dengan universitas Kristen lainnya.
Ekumenis Nasional
Pendirian PTPG-KI tersebut melibatkan sebanyak mungkin gereja-gereja anggota DGI. Inilah perspektif Probowinoto selaku tokoh politik nasional. Sejak didirikannya, Probowinoto telah menetapkan UKSW sebagai universitas level nasional walaupun berada di kota kecil. Saat didirikan bisa saja PTPG-KI ini bersifat provinsial, namun oleh Probowinoto telah digariskan bahwa UKSW sejak dilahirkan mewarisi visi Probowinoto yang sangat kuat dengan visi nasional.
Keberanian Probowinoto yang pada saat itu sangat kuat sehingga pengelolaan UKSW tidak hanya satu sisi dari iman Kristen tetapi memiliki sisi ekumenis nasional adalah visi teologis yang tidak mudah karena harus dibawa ke dalam dunia, ke dalam masyarakat yang bukan Kristen. Itulah kekuatan visi Probowinoto.
Karya fenomenal Probowinoto bagi Indonesia dan UKSW memberikan paradigma sebuah gagasan penting dan strategis bagi kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Dalam rangka merekontruksi jejak pemikiran dan karyanya, maka simposium dilaksanakan sebagai sebuah langkah apresiatif anak bangsa.
“Tentang gerakan oikumene dalam bangunan Indonesia itu penting dalam kerangka pemikiran kontribusi dari Pendeta Basoeki Probowinoto,” kata Sigit.
Editor : Eben E. Siadari
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...