Peneliti Kembangkan Pil Penyuntik Insulin Sebesar Kacang Polong
AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM – Para ilmuwan menemukan cara untuk memasukkan injeksi ke dalam pil seukuran kacang polong. Terinspirasi oleh bentuk tempurung kura-kura, para ilmuwan mencipatakan alat yang bisa ditelan dan dapat menyuntikkan obat-obatan, seperti insulin, dari dalam perut.
Pasien biasanya lebih suka perawatan oral atau dengan meminum obat. Biasanya, pasien lebih patuh dengan cara perawatan itu. Tetapi, banyak senyawa, termasuk insulin untuk diabetes, tidak dapat bertahan dalam perjalanan menuju sistem pencernaan.
Seperti dilansir Associated Press, penemuan baru yang dilaporkan pada Kamis (7/2) oleh tim riset yang dipimpin Massachusetts Institute of Technology (MIT) itu, sejauh ini telah diuji hanya pada hewan. Tetapi, jika berhasil, hal ini akan menjadi upaya untuk memudahkan masuknya obat-obatan seperti insulin dan mengurangi suntikan obat.
“Ini seperti peluncur roket dalam ukuran mini” untuk insulin, kata Willem Mulder dari Mount Sinai’s Translational and Molecular Imaging Institute, yang tidak tergabung dalam studi ini, yang dilansir Voaindonesia.com pada Senin (11/2).
Para ilmuwan, telah menghabiskan puluhan tahun mencoba mengembangkan insulin oral dan mengganti setidaknya beberapa suntikan harian yang dibutuhkan oleh banyak penderita diabetes. Upaya lain termasuk cara untuk melindungi insulin dari gangguan pencernaan dan kemudian membantu penyerapannya melalui usus ke dalam aliran darah.
Sejauh ini belum ada yang mencapai pasar, meskipun beberapa kandidat yang diawasi dengan ketat sedang diuji.
Suntikan yang sekarang bisa dimakan itu, diharapkan dapat menghindari kekhawatiran akan bahayanya perjalanan obat – insulin akan dibiarkan meresap ke dalam melalui dinding lambung, kata Dr. Giovanni Traverso, seorang ahli gastroenterologi di Boston’s Bringham & Women’s Hospital dan penulis senior penelitian ini.
“Cara kerjanya adalah ia bergerak ke kerongkongan dalam hitungan detik, sampai di perut dalam beberapa menit dan kemudian Anda akan mendapat obat itu,” kata Traverso yang bekerja dengan tim dari lab penemu MIT, Robert Langer, dan pembuat insulin Novo Nordisk.
Tantangan pertama adalah cara memastikan perangkat itu mendarat di tempat yang dapat menusuk ke tempat yang tepat, bahkan jika pasien sedang bergerak. Para peneliti mengamati alam untuk menemukan ide itu.
Seekor kura-kura macan tutul dari Afrika dapat meluruskan diri sendiri jika terbalik dengan lekukan cangkang yang tajam. Para peneliti kemudian membuat miniatur kapsul dengan bentuk yang mirip dan bagian bawah yang berbobot sehingga begitu mencapai perut, secara otomatis akan bergulir ke arah yang tepat, jelas Traveso.
Selanjutnya, tim merancang penginjeksi mikro, yang seperti jarum biasa tapi terbuat dari insulin kering dan dimampatkan menjadi titik yang tajam. Untuk memberinya tenaga, para peneliti mengikat pegas kecil ke cakram gula yang mengeras.
Asam lambung berangsur-angsur melarutkan gula sampai pegasnya muncul, kemudian menyuntikkan insulin ke dinding lambung.
Pada babi, suntikan yang dapat dimakan menurunkan gula darah ke tingkat yang sebanding dengan suntikan standar, menurut penelitian yang diterbitkan pada Kamis (7/2) dalam jurnal Science.
Setelah insulin diserap, kapsul yang terbuat dari baja tahan karat dan mampu terurai dengan cepat dan aman itu, akan melayang bebas dan dikeluarkan.
“Itu adalah ide yang sangat cerdas, yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah yang sudah lama ada,” kata Ketua Teknik Kimia Universitas Pittsburgh Steven Little yang juga bukan bagian dari penelitian ini. Karena gawai itu nantinya akan terurai “satu-satunya hal yang diberikan pada tubuh adalah penginjeksi kecil ini.”
Satu rintangan: itu bekerja pada perut kosong, tanpa ada penghalang yang mungkin mengganggu menempelnya perangkat itu. Traverso mengatakan kemungkinan gawai ini akan mengganti suntikan insulin pada pagi hari, tetapi bukan dengan dosis pascamakan.
Jika menusuk dinding perut terdengar mengkhawatirkan, Traverso mengatakan, para ahli gastroenterologi telah lama menggunakan jarum yang lebih besar untuk memberikan obat-obatan selama prosedur lambung tertentu dan pasien mereka ternyata baik-baik saja. Otot perut cukup tebal sehingga tidak perlu khawatir dengan injeksi mikro itu akan menusuk sepanjang perjalan. Penelitian pada hewan pun tidak menemukan adanya efek samping.
Tetapi Traverso mengatakan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat bagaimana perut menangani injeksi mikro setiap hari selama berbulan-bulan.
Studi pada hewan tambahan lainnya sedang berlangsung dan Traverso berharap pengujian pada manusia dapat dimulai dalam tiga tahun.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...