Peneliti LIPI: Kertas Nasi Picu Kanker
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peneliti Pusat Penelitian Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lisman Suryanagara, mengingatkan masyarakat akan bahaya kertas nasi dan kertas daur ulang bagi kesehatan manusia karena kandungan zat kimia di dalamnya.
"Kertas nasi untuk membungkus makanan seperti untuk nasi goreng, nasi bungkus, atau martabak yang berwarna cokelat itu memiliki dampak buruk bagi kesehatan, misalnya kanker," kata Lisman Suryanaga dalam acara Roadshow Food Safety Packaging di Bandung, hari Selasa (29/11).
Selain kanker, zat-zat kimia tersebut berdampak negatif terhadap tubuh manusia dan dapat memicu berbagai penyakit seperti mengurangi vitalitas bagi laki-laki, kerusakan hati dan kelenjar getah bening, mengganggu sistem endokrin, gangguan reproduksi, meningkatkan risiko asma, dan mutasi gen.
Ia menuturkan, tempat penyimpanan makanan terus mengalami perubahan dari masa ke masa seiring berjalannya waktu.
Menurut dia, pemanfaatan bahan yang digunakan sebagai kemasan makan yang umum digunakan dari masa ke masa antara lain keramik, kaca, plastik, aluminium foil, hingga yang berbahan dasar kertas.
Berbicara tentang kemasan pangan berbahan dasar kertas yang paling lazim digunakan di Indonesia, lanjut dia, ternyata masih banyak yang belum layak untuk dijadikan sebagai kemasan pangan primer.
"Contohnya masih banyak ditemukan penggunaan kertas koran, kertas bekas cetakan, atau kertas daur ulang sebagai kemasan nasi kotak, nasi bungkus, gorengan, dan kotak martabak," kata dia.
Berdasarkan riset yang dilakukan LIPI, jumlah bakteri yang terkandung dalam kertas pangan yang terbuat dari kertas daur ulang sekitar 1,5 juta koloni per gram, sedangkan rata-rata kertas nasi yang umum digunakan beratnya 70-100 gram, itu artinya ada sebanyak 105 juta-150 juta bakteri yang terdapat di kertas tersebut.
"Kandungan mikroorganisme di kertas daur ulang memiliki nilai tertinggi dibandingkan jenis kertas lainnya, ini melebihi batas yang ditentukan," kata dia.
Rangkaian Roadshow Food Safety Packaging yang dilaksanakan di tiga lokasi, antara lain Jakarta, Bandung (29/11), dan Semarang (1/12) dihadiri oleh beberapa nara sumber di bidang food safety antara lain Badan POM, LIPI, dan LPPOM MUI.
Program ini bertujuan untuk memberi edukasi kepada masyarakat untuk hidup sehat, salah satunya memilih kemasan pangan yang food grade dan higienis.
Lisman menganjurkan, sebagai alternatif lainnya, masyarakat dapat menggunakan kemasan pangan berkategori food grade yang seratus persen terbuat dari serat alami dengan ciri-ciri tampilan berwarna putih bersih, tidak berbintik-bintik, dan tidak tembus minyak. (Ant)
Editor : Sotyati
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...