Peneliti Maarif Institute Mendapat Penghargaan Internasional
CALIFORNIA, SATUHARAPAN.COM - Peneliti dari Maarif Institute, Ahmad Najib Burhani, memperoleh penghargaan The Professor Charles Wadell Memorial Award 2012-2013 dari Universitas California, Santa Barbara (UCSB), atas prestasi dalam pengembangan Studi Islam dan Kajian Timur Tengah di Amerika Serikat.
Pidato penganugerahan disampaikan oleh Profesor Studi Islam dan Kajian Timur-Tengah di UCSB, Juan E. Campo, yang juga salah satu murid Fazlur Rahman (tokoh neo-modernist Muslim ternama), pada Kamis, (5/6) di McCune Conference Hall UCSB.
Dalam beberapa tahun terakhir, Najib Burhani banyak berkontribusi dan mempresentasikan penelitian di berbagai konferensi, workshop, dan seminar di Amerika Serikat dan negara lain, ungkap Campo, salah satu promotor penelitian disertasi Najib Burhani, seperti diliris Direktur Riset Maarif Institute, Ahmad Fuad Fanani, pada Kamis ini (1/8).
Ahmad Najib Burhani, adalah peneliti di Maarif Institute for Culture and Humanity dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Hasil penelitiannya terpilih untuk dipresentasikan dalam sejumlah pertemuan, seperti American Academy of Religion (AAR) di Chicago dan Arab Spring di Doha, Qatar.
Selain itu, penelitian Burhani disampaikan dalam simposium tentang Kajian Asia Tenggara di Universitas Oxford, Inggris, dan sejumlah universitas luar negeri lainnya. Selain presentasi dalam pertemuan ilmiah, Najib Burhani juga menerbitkan sejumlah karya ilmiah di beberapa jurnal internasional ternama seperti Contemporary Islam (Springer), Asian Journal of Social Sciences (Brill NUS), Indonesia and the Malay World (Roudledge SOAS), dan Islam and Christian-Muslim Relations (Roudledge Birmingham).
Najib Burhani juga menerbitkan tulisan di buku terbitan University Presses seperti Oxford University Press, Amsterdam University Press, dan ISEAS (Institute of Southeast Asian Studies).
Selama di Amerika Serikat, Najib Burhani menekuni kajian yang jarang diteliti oleh ilmuwan di negeri Paman Sam ini, yaitu tentang kelompok minoritas keagamaan dalam Islam, atau yang telah terlepas dari Islam, seperti Ahmadiyah, Bahai, Ismaili, Druze, dan Yazidi.
Kelompok minoritas keagamaan sering mengalami nasib buruk di beberapa negara Islam seperti Pakistan, Iran, Mesir, dan Indonesia. Kajian tentang tema ini menarik terutama ketika dibahas dalam konteks meningkatnya kelompok konservatif dan radikal keagamaan yang memaksakan keislaman tertentu sebagai yang satu-satunya yang sah, kata Burhani, Doktor kajian agama (religious studies).
Kajian ini juga menarik ketika dikaitkan dengan hubungan agama dan negara dalam menentukan ortodoksi, kata Burhani, yang menulis disertasi doktoralnya tentang Ahmadiyah dengan judul "When Muslims are not Muslims: The Ahmadiyya Community and the Discourse on Heresy in Indonesia."
Editor : Yan Chrisna
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...