Peneliti Muda Ciptakan Peranti Deteksi Dini Kanker Pankreas
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Pengobatan kanker pankreas dapat mencapai kemajuan lebih baik dengan bantuan Rishab Jain, yang baru berusia 13 tahun. Ia menciptakan peranti bagi dokter untuk mengetahui pankreas yang sulit dideteksi secara lebih cepat dan tepat, selama proses perawatan kanker. Remaja itu baru-baru ini memenangkan penghargaan ilmuwan muda untuk gagasannya yang luar biasa itu.
Rishab Jain dari Portland, Oregon, baru-baru ini memenangkan penghargaan bergengsi “Discovery Education 3M Young Scientist Challenge” karena keberhasilannya menciptakan algoritma yang menggunakan kecerdasan buatan atau “artificial intelligence” AI untuk meningkatkan perawatan kanker pankreas.
Ia mengatakan, selama radioterapi, peranti buatannya dapat menemukan pankreas lebih cepat dan lebih tepat.
“Sangat sulit menemukan pankreas dengan mata telanjang. Seorang pakar radiologi yang sudah terlatih pun kadang-kadang membutuhkan waktu beberapa jam untuk mengetahui lokasinya, karena adanya organ-organ lain di lokasi di mana pankreas berada. Pankreas tersembunyi di antara beberapa organ seperti perut, dan tepat di sebelah sumsum tulang belakang, tepat di belakangnya, jadi dapat menimbulkan masalah ketika melakukan pembedahan dan perawatan lain,” kata Rihab Jain.
Jadi, Rishab Jain melatih perantinya pada CTE atau pemindai MRI yang sesungguhnya pada perut dan mempelajari hal itu, sehingga dapat belajar tentang bagaimana bentuk pankreas dan di mana letaknya.
“Ini peranti saya, Pancreatic Cancer Deep Learning System. Di sebelah kanannya ada hasil pemindaian perut pasien, seluruh sistem pernapasan, gerakan pankreas yang berbeda, lihat betapa sulit menentukan lokasi sebenarnya. Nah, di sebelah kiri ini adalah peranti prototip Artificial Intelligence GUI (Graphical User Interface) yang saya buat,” katanya.
"Jadi selama perawatan radioterapi dengan panduan MRI, dokter dapat menggunakan peranti saya untuk mengetahui secara tepat di mana letak pankreas, sehingga dapat melakukan radiasi secara lebih efektif. Jadi potensi terjadinya kesalahan karena mengenai sel-sel sehat atau organ lain dapat dikurangi," kata Rishab Jain.
Kanker pankreas relatif jarang terjadi, tetapi dapat berakibat fatal. Kanker ini tumbuh secara perlahan dan karena pankreas berada jauh di dalam tubuh, tumor awal sering kali tidak terdeteksi. Orang biasanya tidak memiliki gejala apa pun hingga kanker itu menyebar ke organ-organ lain.
Rishab berencana menggunakan hadiah uang sebesar 25.000 dolar (Rp367 juta) yang didapatkannya untuk mengembangkan perantinya dari prototip menjadi model yang dapat digunakan. Ia berharap, suatu hari nanti akan bermitra dengan rumah sakit dan perusahaan guna mengkomersialkan penggunaan peranti buatannya itu. (Voaindonesia.com)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...