Peneliti Temukan Obat untuk Perangi Resistensi terhadap Obat
PARIS, SATUHARAPAN.COM - Ahli biologi yang berupaya menemukan obat baru untuk memerangi wabah resistensi terhadap obat, hari Rabu (27/7), mengatakan bahwa mereka menemukan antibiotik di sebuah tempat yang tak terduga - yaitu pada hidung manusia.
Senyawa yang menjanjikan itu dihasilkan oleh bakteri yang hidup di dalam hidung, dan dapat membunuh penyebab penyakit, kuman yang resisten terhadap antibiotik.
“Benar-benar tidak terduga dapat menemukan bakteri pada manusia untuk menghasilkan antibiotik yang sesungguhnya,” ungkap salah satu penulis penelitian Andreas Peschel dari University of Tubingen di Jerman.
“Kami sudah memulai program pemeriksaan lebih besar dan kami yakin akan ada antibiotik tambahan yang dapat ditemukan dari sumber tersebut.”
Senyawa antibiotik biasanya diperoleh dari bakteri yang hidup di tanah.
Namun, semakin banyak kuman penyebab penyakit mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang sudah ada, mengubah infeksi yang sebelumnya lebih kecil menjadi infeksi yang berpotensi mematikan.
Menurut beberapa estimasi, bakteri yang resisten terhadap obat dalam beberapa dekade dapat menyebabkan lebih banyak kematian dibandingkan dengan penyakit kanker.
Beberapa kuman, termasuk yang menyebabkan tuberkulosis, dapat resisten terhadap berbagai jenis obat.
Paschel dan sebuah tim memeriksa alasan 30 persen orang memiliki bakteri Staphylococcus aureus di hidung mereka, dan 70 persen lainnya tidak.
S. aureus adalah salah satu penyebab paling sering infeksi parah yang diakibatkan oleh bakteri, dan merenggut banyak nyawa. Bakteri S. aureus telah mengembangkan perlawanan terhadap antibiotik.
Para peneliti menemukan bahwa bakteri berbeda bernama Staphylococcus lugdunensis, yang lebih sering ditemukan pada segelintir orang, menghasilkan antibiotik yang dapat melawan bakteri S. aureus. (AFP)
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...