Pengacara di Pakistan Boikot Proses Peradilan Pascaserangan
QUETTA, SATUHARAPAN.COM - Sejumlah pengacara ternama di Pakistan, mengatakan akan memboikot proses peradilan di sebagian besar negara itu dalam protes yang disampaikan setelah serangan bom bunuh diri yang menewaskan 70 orang di Balochistan. Sebagian besar korban berasal dari orang-orang yang berprofesi di bidang hukum.
Serangan pada hari Senin (8/8) di sebuah rumah sakit di kota barat daya, Quetta, adalah salah satu serangan paling mematikan dalam perjuangan panjang negara itu melawan militansi.
Amaq, media terkait ISIS mengatakan bahwa gerakan Negara Islam (IS/ISIS)di Timur Tengah berada di balik aksi kejam tersebut. Sementara itu Jamaat-ur-Ahrar, sebuah faksi dari kelompok militan Islam Taliban Pakistan, sebelumnya mengaku yang melakukan serangan bom bunuh diri itu.
Ledakan terjadi saat sekitar 200 pengacara bersama dengan jurnalis berkumpul di Rumah Sakit Sipil untuk berkabung atas penembakan mematikan terharap seorang pengacara provinsi ternama.
“Pengacara di seluruh negara ini akan memboikot proses peradilan pada Selasa sebagai bentuk protes atas pembunuhan pengacara di Quetta kemarin,” ungkap pernyataan dari Pakistan Bar Council, hari Selasa (9/8), seraya menambahkan bahwa dewan provinsi dan distrik akan mengikuti langkah tersebut.
Juru bicara pemerintah Balochistan Anwar ul Haq Kakar mengatakan beberapa sekolah di provinsi itu juga akan ditutup pada Selasa “untuk berkabung terhadap korban serangan.”
Acara pemakaman sudah digelar untuk banyak korban, katanya.
“Mereka yang tinggal di dalam dan dekat Kota Quetta sudah memakamkan orang-orang yang mereka cintai, sementara mereka yang dari jauh akan dimakamkan hari ini,” katanya kepada AFP.
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...