Pengadilan Irak Bebaskan Komandan Milisi Bersenjata Pro Iran
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM-Sistem peradilan Irak membebaskan seorang komandan koalisi milisi paramiliter Unit Mobilisasi Populer (PMU) yang berafiliasi dengan Iran pada hari Rabu (9/6), dua pekan setelah dia ditangkap atas pembunuhan terhadap seorang aktivis pro demokrasi.
Qasim Muslih ditangkap oleh intelijen polisi karena dicurigai memerintahkan pembunuhan pada 9 Mei terhadap Ihab Al-Wazni, yang ditembak mati oleh orang-orang yang mengendarai sepeda motor, dan senjatanya menggunakan peredam.
Pemimpin paramiliter itu disambut oleh rekan-rekan PMU (Hashed Al-Shaabi) yang pro Iran di kota suci Syiah, Karbala, setelah pembebasannya, kata laporan AFP.
“Para hakim telah menegakkan keadilan, mereka telah mengakhiri penyelidikan mereka, mengakhirinya dengan pembebasan saya,” kata Muslih.
Namun sumber resmi pemerintah mengecam keputusan membebaskan Muslih. "Pemerintah memberikan semua bukti yang ada, tetapi hakim memutuskan untuk membebaskannya, karena tekanan yang diberikan kepada mereka," kata sumber yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Setelah penangkapan Muslih, pasukan keamanan melarang masuk ke Zona Hijau keamanan tinggi Baghdad, kawasan bagi kedutaan besar AS, parlemen dan kantor perdana menteri, setelah kelompok Hash dengan cepat mengerahkan orang-orang bersenjata dan kendaraan lapis baja untuk unjuk kekuatan.
Muslih juga diduga memerintahkan pembunuhan terhadap aktivis lain, Fahim Al-Taie, pada Desember 2019.
“Komunikasi telepon tentang topik pembunuhan antara Muslih dan pelaku langsung, ancaman terhadap kerabat, kesaksian saksi, penjelasan yang diterima dalam interogasi, semua (hal-hal ini) diberikan” kepada hakim, kata sumber pemerintah menambahkan.
Bukti tersebut melibatkan Muslih dalam pembunuhan Wazni dan Taie, kata sumber tersebut.
Di kota yang sama, di mana para pendukung Wazni bulan lalu berkumpul di sekitar peti matinya sambil meneriakkan “Iran keluar!,” sementara Muslih pada hari Rabu disambut sebagai pahlawan.
“Qassem telah kembali dengan kemenangan!” dengan memajang spanduk yang diacungkan oleh pendukung. “Ini adalah satu lagi kemenangan bagi Hashed melawan mereka yang menargetkannya di sini dan di luar negeri,” kata Saad Al-Saadi, seorang pejabat Hash di Karbala.
Aktivis pro demokrasi sering digambarkan sebagai antek asing oleh faksi pro Iran yang kuat di Irak. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...