Pengamanan Ketat Gereja Katedral Kairo Sehari Jelang Paskah
KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Mesir memperketat pengamanan di luar gereja-gereja saat jemaat Kristen Koptik mempersiapkan kebaktian Paskah pada hari Sabtu (15/4), beberapa hari setelah bom bunuh diri menewaskan 45 orang di dua gereja di utara Kairo.
Di Gereja Katedral Saint Mark yang dipimpin oleh Paus Koptik Tawadros II, jemaat yang datang harus melalui tiga detektor logam yang dikawal ketat oleh polisi dan tentara yang berdiri di sekitar gereja dan di jalan di luar gereja.
Polisi juga menutup jalan menuju kawasan gereja, di mana pelaku bom bunuh diri pernah melakukan serangan pada Desember silam yang menewaskan 29 orang.
Pemerintah menyatakan status darurat dan sejumlah pasukan diturunkan untuk mengamankan area vital menyusul serangan bom bunuh diri di Tanta dan Alexandria pada hari Minggu kemarin.
Negara Islam Irak dan Suriah telah mengaku bertanggung jawab atas tiga serangan tersebut. Mereka bahkan mengancam akan melakukan lebih banyak lagi bom bunuh diri di gereja-gereja.
Memperingati serangan Minggu Palma, gereja itu menyatakan tidak akan ada perayaan Paskah yang meriah tahun ini.
“Serangan bom di Tanta dan Alexandria membuat banyak orang Mesir terkejut,” kata juru bicara Gereja Koptik, Boulos Halim.
Paskah, yang merupakan perayaan terpenting bagi umat Kristen, menandai apa yang dipercaya oleh umat bahwa Kristus telah mati dan bangkit pada hari ketiga.
Di Mesir, Kristen Koptik melakukan puasa 55 hari dari semua produk hewani setelah kebaktian hari Sabtu.
“Biasanya, Pekan Kudus adalah pekan refleksi, yang menyadarkan kita dari kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat,” kata Uskup Angaelos, salah satu uskup dari Gereja Koptik Ortodoks di Inggris.
“Dalam minggu-minggu seperti saat ini, adalah masa yang sangat berkaitan karena kita melihat efek langsung dari dosa,” kata dia kepada AFP.
Bom yang terjadi pada Minggu Palma, adalah yang paling mematikan yang pernah terjadi dalam sejarah Gereja Koptik, di mana bom tersebut mengancam populasi Kristen yang hanya 10 persen dari 90 juta orang Mesir.
Di Sinai, tempat di mana afiliasi ISIS Mesir bersarang, militan ISIS membunuh tujuh orang Kristen Koptik pada bulan Januari dan Februari lalu, yang memaksa puluhan keluarga Kristen pergi dari semenanjung tersebut.
Halim mengatakan gereja tidak akan mengadakan perayaan tradisional di Minggu pagi, jemaat akan diminta untuk mengunjungi keluarga ‘martir’ yang tewas dan terluka dalam serangan tersebut, termasuk polisi yang bertugas.
“Saya pikir gereja tidak akan melewatkan kebaktian Paskah kali ini, bahkan sepertinya gereja akan lebih penuh dari biasanya,” kata Uskup Angaelos. “Artinya, mereka tahu mereka adalah target serangan, tapi ancaman itu tidak akan menyurutkan niat mereka untuk beribadah.”
Salah satu jemaat Kristen Koptik yang bernama John mengatakan dia tetap akan menghadiri kebaktian Paskah meskipun ada ancaman penyerangan.
Dia berencana unntuk pergi ke gereja yang lebih aman di ibu kota, namun dia mengakui “Jika saya berada di luar kota Kairo, di desa misalnya, saya tidak ingin pergi. Justru saya akan lebih khawatir.”
Orang Kristen di desa selatan kairo pernah diserang oleh orang Muslim setelah mereka mencoba untuk beribadah di rumah tak berpenghuni pada hari Kamis (13/4). Beberapa orang menyalakan api di dekat rumah itu, menurut keterangan polisi.
Desa tersebut memiliki beberapa masjid, namun, orang Kristen di sana tidak diperbolehkan untuk membangun satu pun gereja, kata Ishak Ibrahim, peneliti Egyptian Initiative for Personal Rights kepada AFP.
“Sudah menjadi rahasia umum bahwa orang Kristen Koptik selalu dianiaya dan sayangnya negara hanya mencoba untuk menghentikan kekerasan itu menyebar, mereka tidak menyelesaikan akar dari masalah tersebut.” (middleeasteye.net)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...