Pengamat: Ketidakpastian Politik Pengaruhi Lemahnya Rupiah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketidakpastian politik memengaruhi lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi selama dua minggu terakhir ini, demikian disampaikan Pengamat Ekonomi dari Bank Standard Chartered Fauzi Ichsan.
“Rupiah tertekan dua minggu terakhir ini ada beberapa alasan, salah satunya ketidakpastian politik. Sebab dikhawatirkan, siapa pun yang menang itu menangnya tipis,” kata Fauzi Ichsan di Jakarta, Kamis (3/7).
Fauzi mengatakan, apabila kemenangan capres yang baru terpaut tipis, otomatis untuk melakukan reformasi ekonomi akan sulit, maka rupiah akan tetap tertekan di level Rp 12.000 per dolar AS.
Fauzi menambahkan, rupiah diperkirakan akan kembali menguat ke arah Rp 11.500-Rp 11.600 pasca-pemilihan presiden dan pembentukan kabinet baru pada Oktober 2014.
“Kenapa, pertama kami melihat defisit neraca berjalan Indonesia akan lebih kecil di semester kedua tahun ini dengan tetap tingginya suku bunga Bank Indonesia,” kata Fauzi.
Kedua, lanjut Fauzi, dengan berkurangnya ketidakpastian politik, otomatis aliran modal asing akan kembali ke Indonesia dan hal ini membuat rupiah menguat kembali ke 11.600 di akhir 2014.
“Apalagi jika pemerintah yang baru nanti membentuk tim ekonomi yang market friendly,” kata Fauzi.
Fauzi menambahkan, lemahnya nilai tukar rupiah juga dipengaruhi oleh repatriasi deviden, yakni perusahaan swasta yang dimiliki investor asing mulai mengirimkan deviden ke negara asal investor pada Juni dan pembayaran utang luar negeri yang dilakukan di akhir triwulan atau semester.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Asia ditransaksikan cenderung melemah dan dari 11 mata uang Asia, delapan mata uang terpantau melemah dengan rupiah yang paling tertekan sebesar 0,43 persen ke level 11.963 per dolar AS pada Kamis (3/7) pagi. (Ant)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...