Penganjur Brexit Mundur Sebagai Ketua Partai

LONDON, SATUHARAPAN.COM –  Anggota parlemen Inggris yang gigih berkampanye untuk negara itu meninggal Uni Eropa, Nigel Farage, hari Senin (4/7) menyatakan mengundurkan diri sebagai ketua Partai Independen Inggris (UKIP).

Nigel Farage dikenal sebagai penentang Inggris di Uni Eropa (Eurosceptic), dan dia menjadi kekuatan pendorong utama di balik hasil referendum Inggris meninggalkan Uni Eropa. Dia adalah penganjur ‘’Brexit’’ yang disebutnya sebagai ambisi politiknya.

"Saya telah memutuskan untuk berdiri di pinggir sebagai pemimpin UKIP," katanya dalam konferensi pers di London, seprti dikutip AFP.

"Kemenangan untuk "meninggalkan" (Uni Eropa) dalam referendum berarti bahwa ambisi politik saya telah dicapai," katanya.

Tantangan Hukum

Sementara itu, pemerintah Inggris menghadapi tantangan hukum dalam menghentikan dimulainya proses meninggalkan Uni Eropa tanpa persetujuan parlemen, kata sebuah firma hukum mengumumkan, hari Minggu (3/7).

Pengacara Mishcon de Reya berpendapat bahwa pemerintah Inggris tidak dapat menggunakan Pasal 50 Perjanjian Lisbon, dalam proses hukum untuk meninggalkan Uni Eropa, tanpa debat di parlemen dan mendapatkan mandat untuk melakukannya.

"Hasil referendum tidak diragukan, tetapi kita perlu proses yang mengikuti hukum Inggris untuk memberlakukan itu," kata Kasra Nouroozi, seorang partner di Mishcon de Reya dalam sebuah pernyataan.

"Hasil dari referendum itu sendiri tidak mengikat secara hukum, dan untuk saat ini atau masa depan perdana menteri menggunakan Pasal 50 tanpa persetujuan parlemen adalah melanggar hukum," kata dia.

Inggris mempunyai dua tahun waktu untuk menegosiasikan persyaratan keluar dari Uni Eropa. Pemerintah Inggris mengatakan bahwa rincian tentang hal masih harus dilakukan.

"Kami sekarang memeriksa semua peraturan secara rinci," kata juru bicara Kantor Kabinet Inggris. "Parlemen jelas akan berperan dalam memastikan bahwa kita menemukan cara terbaik ke depan."