Pengendalian Diri Bukan Milik Hewan
”Ia yang bisa mengalahkan orang lain adalah orang kuat. Akan tetapi, terlebih hebat adalah ia yang berhasil mengalahkan diri sendiri” (Lao Tzu).
SATUHARAPAN.COM – Apakah seekor sapi akan menahan diri untuk tidak menyeberang ke halaman tetangga ketika dilihatnya rumput di halaman tetangga itu menggugah seleranya? Apakah kucing rumah sebelah akan menahan diri untuk tidak mencuri ikan di atas meja makan di rumah kita ketika tak ada yang melihat dan mengusirnya? Tentu tidak. Sebab sapi maupun kucing hidup semata demi survival, tak punya pertimbangan dan kendali diri atau kelola diri demi tujuan yang besar. Hewan tak memiliki self-control. Berbeda dengan manusia yang diberi nalar untuk memiliki tujuan serta memilih cara untuk mencapai tujuan itu.
Manusia punya kemampuan untuk mengendalikan diri. Setiap Guru, motivator, atau penulis mengenai pengembangan karakter atau keberhasilan kehidupan pribadi, menekankan pengendalian diri sebagai salah satu unsur esensial dalam mencapai keberhasilan hidup. Tidak terbantahkan bahwa mereka yang sukses dalam hidup, terbukti melatih diri setiap hari dalam hal kedisiplinan dan pengendalian diri. Sukses, tidak perlu diartikan secara material, namun sebagai sukses dalam mencapai kemuliaan hidup. Disiplin diri dan kendali diri yang terus-menerus akan melahirkan karakter yang hebat.
Kedisiplinan adalah salah satu bentuk pengendalian atau pengelolaan diri, yaitu kemauan untuk melakukan apa yang perlu dilakukan pada waktunya sekalipun merasa enggan untuk melakukannya. Disiplin, berarti bersedia mengorbankan apa yang diinginkan sekarang, demi mencapai apa yang dituju esok hari. Bersedia mengalahkan hasrat demi nalar sehat.
Kadang, disiplin adalah tidak melakukan sesuatu meskipun kita dapat melakukannya. Contohnya, melampiaskan emosi. Adalah kenyataan bahwa kehidupan sering kali memperhadapkan kita pada situasi yang memancing amarah, namun memilih untuk tidak terpancing merupakan sikap bijaksana, bukti pengendalian diri. Satu momen kesabaran pada saat emosi terbakar akan menghindarkan diri dari penyesalan berkepanjangan. Mengumbar emosi mungkin akan melegakan si pengumbar, seperti bisul yang pecah. Namun, dampaknya bisa berusia panjang bagi si subjek maupun objeknya. Pilihannya hanya dua: sakit karena menahan diri, atau sakit karena penyesalan.
Ketiadaan pengendalian dan pengelolaan diri menjadi salah satu alasan utama kegagalan orang dalam menggapai sukses. Inteligensia dan kompetensi bisa menjadi harta yang mubazir ketika pengendalian diri tak mengiringi. Pola makan buruk, ketergantungan obat, alkohol atau rokok, kurang disiplin waktu, kurangnya pengendalian emosi, semua adalah akibat dari kendali diri yang lemah.
Kendali diri sesungguhnya tak lain adalah kendali pikir. Kedisiplinan, kelola diri, kendali diri, semuanya berawal dari kendali pikir. Saat pikiran bisa dikendalikan, niscaya tindakan pun dapat dikendalikan. Dan ketika kendali diri telah menjadi kebiasaan, banyak hal dalam hidup dapat dikendalikan juga.
Orang terkuat bukanlah ia yang bisa bertarung melawan orang banyak, melainkan ia yang berhasil memenangkan pertarungan melawan diri sendiri.
Editor : Yoel M Indrasmoro
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...