Pengeran William, Kate dan Bayi Mereka Kunjungi Selandia Baru
WELLINGTON, SATUHARAPAN.COM – Bayi kerajaan Inggris berusia delapan bulan, Pangeran George tiba di Selandia Baru dengan orang tuanya, Pangeran William dan Catherine pada hari Senin (7/4), untuk tur resmi pertamanya.
Angin kencang, hujan dan jarak pandang yang pendek menyambut para bangsawan Inggris itu di Wellington untuk tur selama tiga pekan di Selandia Baru dan Australia. Tur ini akan menjadi salah satu yang pertama bagi George yang berada di urutan ketiga ahli waris tahta. Dia tampil di depan umum sejak kelahirannya pada tanggal 22 Juli tahun lalu.
Bayi itu hanya dibawa dalam beberapa acara sepanjang perjalanan, kata Istana Kensington, kediaman keluarga kerajaan itu.
Bagi Kate yang turun dari pesawat Royal New Zealand Air Force dengan mantel merah, itu adalah kunjungan pertama ke kedua negara. Tapi bagi William, urutan kedua dalam garis tahta kerajaan, sudah beberapa kali mengunjungi Selandia Baru dan Australia.
Pangeran Charles dan Putri Diana pernah menjalani tur pada bulan Maret dan April 1983 dan perjalanan terakhirnya pada 2011, ketika mengunjungi korban gempa di Christchurch, Selandia Baru dan banjir di Australia.
Pangeran dan istrinya yang bergelar Duke dan Duchess of Cambridge disambut sebagai selebriti ketika mereka mengunjungi Kanada, setelah pernikahan mereka pada tahun 2011. Tahun lalu mereka tur ke Singapura, Malaysia, Kepulauan Solomon dan Tuvalu, mewakili Ratu Elizabeth II.
Kunjungan mereka menarik perhatian publik Selaindia Baru dan banyak dibicarakan tentang apakah kursi mobil bayi George telah terpasang dengan benar, atau apakah negara harus mempertahankan monarki.
Mantan wakil perdana menteri, Don McKinnon, mengatakan bahwa selama akhir pekan ini tak terelakkan akan dibahas tentang Selandia Baru akan menjadi republik, meskipun orang masih merasa sangat menghormati para bangsawan.
Sementara, Perdana Menteri, John Key, mengatakan bahwa dia tidak percaya bahwa perubahan akan terjadi dalam waktu dekat terkait dukungan bagi monarki terhadap Selandia Baru. "Jika Anda kembali ... mungkin satu dekade, dan ditanya apakah Selandia Baru ingin menjadi republik, maka saya pikir angka akan menjadi 60-40 untuk suara menentang," kata dia kepada radio publik.
"Jika Anda menanyakan hal itu hari ini saya pikir itu akan menjadi 80-20 yang menentang," kata dia. (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...