Penggundulan Hutan Papua Diungkapkan Greenpeace
SATUHARAPAN.COM - Pemasok minyak sawit ke Mars, Nestlé, PepsiCo dan Unilever menghancurkan hutan hujan di Papua. Hal ini diungkap Greenpeace Internasional seperti dilaporkan Ecowatch, hari Jumat (27/4).
Analisis satelit menunjukkan sekitar 4 ribu hektar hutan hujan ditebangi di area konsesi PT Megakarya Jaya Raya (PT MJR) antara Mei 2015 hingga April 2017. Hampir setengah ukuran kota Paris.
Konsesi kelapa sawit ini termasuk di daerah yang dikategorikan untuk perlindungan oleh pemerintah Indonesia sebagai tanggapan atas kehancuran kebakaran hutan pada 2015. Pengembangan dilarang di daerah-daerah ini. Area ini di bawah kendali Hayel Saeed Anam Group (HSA).
Catatan itu dirilis setelah Greenpeace mengungkapkan bahwa merek global terkemuka gagal dalam komitmennya untuk menghilangkan penggundulan hutan dari rantai pasokan mereka pada 2020.
“Beberapa minggu lalu kami meminta merek-merek konsumen besar seperti Pepsi dan Nestlé untuk menegaskan bahwa mereka berkomitmen dengan baik untuk berhenti membeli minyak sawit dari perusahaan yang merusak hutan, tetapi rekaman ini mengungkapkan seberapa jauh di belakang mereka sebenarnya,” kata Diana Ruiz dari Kampanye Minyak Sawit Greenpeace Amerika Serikat. “Merek-merek itu harus memastikan rantai pasokan mereka bebas dari penggundulan hutan dan satu-satunya cara untuk melakukan ini adalah secara proaktif memantau dan menegakkan standar tanpa penggundulan hutan.”
PT MJR belum memproduksi minyak sawit. Tetapi dua anak perusahaan HSA lainnya, Arma Group dan Pacific Oils & Fats, memasok minyak sawit ke Mars, Nestlé, PepsiCo dan Unilever. Menurut informasi rantai pasokan yang dirilis merek-merek itu awal tahun ini.
Masing-masing perusahaan konsumen ini telah menerbitkan kebijakan tidak ada penggundulan hutan, tidak ada gambut, tidak ada eksploitasi, yang harus melarang sumber dari perusak hutan hujan.
“Merek-merek itu telah berbicara tentang membersihkan minyak sawit mereka selama lebih dari satu dekade. Perusahaan seperti Unilever dan Nestlé menyatakan sebagai pemimpin industri. Jadi mengapa mereka masih membeli dari perusak hutan seperti kelompok HSA? Apa yang seharusnya dipikirkan oleh pelanggan mereka? Apa yang akan dibutuhkan untuk membuat mereka bertindak?” tambah Richard George, juru kampanye hutan di Greenpeace Inggris.
Kasus ini juga menimbulkan pertanyaan serius untuk Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO, Meja Bundar untuk Minyak Sawit Berkelanjutan). Banyak perusahaan minyak sawit Grup HSA adalah anggota RSPO. Meskipun PT MJR dan konsesi Grup HSA lainnya di kabupaten ini bukan anggota. Anggota RSPO tidak diperbolehkan memiliki divisi kelapa sawit yang tidak terafiliasi, dan pengembangan yang disaksikan di PT MJR juga melanggar beberapa Prinsip dan Kriteria RSPO. (ecowatch.com)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...