Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 13:32 WIB | Senin, 06 Januari 2025

Penguasa Baru Suriah Angkatan Murhaf Abu Qasra sebagai Menteri Pertahanan

Di perumahan militer Suriah, mantan pejuang oposisi menempati rumah para perwira al Assad.
Eidye Zaitoun, 52 tahun, yang merupakan penganut Alwaite dan putranya seorang prajurit di divisi keempat di angkatan darat di bawah rezim Bashar al Assad yang digulingkan, mengemas barang-barangnya dalam kantong plastik sebelum pindah dari rumahnya di Muadamiyat al-Sham, setelah mendapat perintah evakuasi dari faksi-faksi “Hayat Tahrir al-Sham” (HTS), di pinggiran Damaskus, di Suriah, 29 Desember 2024. (Foto: Reuters)

DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah mengonfirmasi pengangkatan Murhaf Abu Qasra sebagai menteri pertahanan dalam pemerintahan sementara yang baru, menurut sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Selasa (31/12).

Reuters melaporkan dari sumber resmi pada tanggal 21 Desember tentang pengangkatan Abu Qasra, seorang tokoh terkemuka dalam pemberontakan yang menggulingkan Bashar al Assad.

Sementara itu dilaporkan bahwa keluarga perwira militer yang bertugas di bawah Bashar al Assad yang digulingkan dari Suriah diusir dari perumahan bersubsidi mereka di sebuah kompleks di luar Damaskus untuk memberi jalan bagi mantan pejuang oposisi yang menang dan keluarga mereka, kata penduduk dan pejuang di sana.

Kompleks Muadamiyat al-Sham yang menampung ratusan orang di lebih dari selusin bangunan adalah salah satu dari beberapa area yang disisihkan untuk para perwira di bawah pemerintahan al Assad.

Karena militer sedang direstrukturisasi di sekitar bekas pasukan oposisi, dengan para perwira era Assad didemobilisasi, pengusiran dari perumahan militer bukanlah hal yang mengejutkan. Namun, penggantian cepat mereka di akomodasi oleh para pejuang yang menghabiskan waktu bertahun-tahun di wilayah pedesaan yang dikuasai oposisi menunjukkan pembalikan nasib yang tiba-tiba bagi para pendukung masing-masing pihak dalam konflik.

Nama-nama faksi oposisi di bawah kelompok pemenang utama “Hayat Tahrir al-Sham” (HTS), yang merebut ibu kota pada 8 Desember, ditulis dengan cat semprot di pintu masuk gedung, yang tampaknya menandainya sebagai tempat berkumpulnya para pejuang dari setiap entitas.

Tiga pejuang di kompleks tersebut, empat perempuan yang telah tinggal di sana, dan seorang pejabat setempat yang memberikan dokumen kepada mereka yang meninggalkan kompleks tersebut, mengatakan keluarga para perwira tersebut telah diberi waktu lima hari untuk pergi.

“Kami akan mulai memindahkan sekolah anak-anak kami, memulai hidup baru. Saya sangat sedih, hati saya hancur, ini hidup kami, hidup anak-anak saya,” kata Budour Makdid, 38 tahun, istri seorang mantan perwira intelijen militer yang tinggal di Muadamiyat al-Sham.

Suami Makdid, yang telah menandatangani surat pengakuan terhadap otoritas baru dan menyerahkan senjatanya, telah kembali ke rumah keluarganya di provinsi Latakia, bekas benteng al Assad, dan Makdid beserta anak-anak mereka akan bergabung dengannya di sana, katanya.

Seperti keluarga lain yang meninggalkan daerah itu, ia memerlukan dokumen dari pemerintah kota untuk menyatakan bahwa keluarga itu meninggalkan tempat tinggal dan memberikan izin untuk memindahkan barang-barang mereka.

Administrator lokal Khalil al-Ahmad, 69 tahun, mengatakan bahwa beberapa hari lalu, keluarga-keluarga mulai mendatanginya untuk meminta dokumen tersebut dan sejauh ini sekitar 200 permintaan telah diajukan.

Al-Ahmad mengatakan bahwa ia belum dihubungi secara resmi oleh pemerintahan baru tentang perubahan tersebut, dan baru mengetahuinya ketika penduduk mulai meminta dokumen kepadanya. Seorang juru bicara HTS tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Mengungsi

Setiap tanda tentang bagaimana pemerintahan baru Suriah bermaksud menangani mantan perwira al Assad, serta hak milik, akan diawasi dengan ketat di negara tempat jutaan orang telah mengungsi sejak perang saudara meletus pada tahun 2011.

Awal bulan ini, pemimpin HTS, Ahmed al-Sharaa, difilmkan meminta penduduk bekas rumah keluarganya di Damaskus untuk pergi dan mengizinkan keluarganya sendiri untuk pindah kembali.

Beberapa mantan keluarga militer yang tinggal di dekat kompleks Muadamiyat al-Sham tetapi tidak di unit bersubsidi tempat para perwira diusir juga pergi.

Eidye Zaitoun, 52 tahun, sedang mengemasi barang-barangnya ke dalam kantong plastik hitam saat ia bersiap meninggalkan apartemen dua kamarnya menuju pantai. Ia mengatakan putranya yang menjadi anggota militer juga telah pindah ke pantai dan tidak ada alasan baginya untuk tetap tinggal.

Para pejuang HTS di kompleks itu tidak bersimpati.“Kami mengungsi dari rumah, dari daerah kami pada malam tanpa bulan dengan hanya pakaian yang kami kenakan. Alhamdulillah mereka sekarang diizinkan untuk membawa barang-barang mereka,” kata salah seorang. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home