Pengungsi Rohingya di Bangladesh Terima Bantuan Keuangan AS Senilai US$73 juta

COX'S BAZAR-BANGLADESH, SATUHARAPAN.COM-Pemerintah Amerika Serikat telah mengonfirmasi akan memberikan bantuan keuangan baru senilai US$73 juta untuk pengungsi Rohingya melalui badan pangan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), meredakan kekhawatiran di antara lebih dari satu juta pengungsi bahwa jatah makanan pokok akan dipotong.
Badan-badan bantuan, PBB, dan pengungsi telah menyuarakan kekhawatiran setelah Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa program tersebut mungkin akan terpengaruh setelah pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan pemotongan bantuan internasional.
Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan awal bulan ini bahwa jika tidak dapat mengumpulkan dana, tidak ada pilihan lain selain mengurangi jatah makanan menjadi US$6 per bulan dari sebelumnya US$12,50 di distrik pesisir selatan Bangladesh, Cox's Bazar, tempat para Rohingya tinggal di kamp-kamp yang luas.
Komisaris Pengungsi, Pemulihan, dan Pemulangan pemerintah Bangladesh, Mohammed Mizanur Rahman, mengatakan kepada wartawan bahwa ia menerima konfirmasi dari WFP pada hari Kamis (27/3) bahwa para pengungsi di Cox's Bazar — serta ribuan orang yang telah direlokasi ke pulau Bhashan Char — akan terus menerima bantuan masing-masing sebesar US$12 hingga US$13 per bulan.
“Dukungan pangan dan gizi melalui WFP ini akan menyediakan bantuan pangan dan gizi yang sangat dibutuhkan bagi lebih dari satu juta orang,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Tammy Bruce dalam sebuah posting di X, yang sebelumnya bernama Twitter, pada hari Kamis.
“Penting bagi mitra internasional kita untuk terlibat dalam berbagi beban dengan bantuan yang menyelamatkan nyawa seperti ini,” Bruce menambahkan.
AS telah menjadi penyedia bantuan terbesar bagi para pengungsi Rohingya, menyumbang hampir US$2,4 miliar sejak 2017 dan menyediakan bantuan pangan dan gizi darurat bagi PBB, menurut Departemen Luar Negeri. AS menyediakan sekitar US$300 juta dalam bentuk bantuan kemanusiaan bagi Rohingya pada tahun 2024.
Pengungsi di Cox's Bazar menyambut baik pengumuman bahwa bantuan akan terus berlanjut. "Saya senang Presiden Amerika menyumbangkan uang, yang akan membantu (menyediakan makanan) bagi cucu-cucu kami. Kami sangat senang," kata Hussain Bahar yang berusia 60 tahun.
Forid Alam, seorang pengungsi berusia 36 tahun di kamp pengungsi Rohingya Balukhali, mengatakan pengumuman itu merupakan hadiah yang diberikan beberapa hari sebelum hari raya terbesar umat Islam, Idul Fitri.
“Kami berterima kasih kepada rakyat Bangladesh, pemerintahnya, dan para donatur yang telah memberikan sumbangan. Kami sangat gembira setelah mendengar berita menjelang Idulfitri sehingga kami tidak dapat mengungkapkan rasa terima kasih kami dengan kata-kata. Kami berdoa dari lubuk hati kami dan benar-benar gembira,” katanya.
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, yang baru-baru ini mengunjungi Bangladesh, mengatakan Cox’s Bazar adalah “titik awal dampak pemotongan anggaran terhadap orang-orang yang sangat membutuhkan.”
Ratusan ribu warga Rohingya tinggal di Bangladesh, termasuk lebih dari 700.000 orang yang tiba pada tahun 2017 untuk melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar. Sekitar 70.000 orang lainnya menyeberangi perbatasan dari Myanmar pada tahun 2024 ketika, selama pertempuran dengan junta militer, pasukan oposisi yang dikenal sebagai Tentara Arakan secara efektif mengambil alih negara bagian Rakhine tempat warga Rohingya mengungsi.
Bangladesh mengatakan pemulangan para pengungsi ke Myanmar adalah solusi terbaik, tetapi kerumitan verifikasi dan masalah diplomatik dan politik lainnya telah membuat kepulangan para pengungsi menjadi tidak pasti. (AP)
Editor : Sabar Subekti

Gempa Magnitudo 6.0 Guncang Wanokaka, NTT
KUPANG, SATUHARAPAN.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat sejumlah dae...