Pengunjuk Rasa Yang Terjebak di Yangon, Myanmar Telah Bebas
YANGON, SATUHARAPAN.COM-Ratusan pengunjuk rasa Myanmar terperangkap oleh pasukan keamanan di sebuah distrik di Yangon Senin (8/3) malam, dan telah dapat keluar, kata para aktivis pada hari Selasa (9/3), setelah seruan dari kekuatan barat dan PBB agar mereka diizinkan pergi.
Ribuan orang menentang jam malam untuk turun ke jalan di kota utama Myanmar untuk mendukung para pemuda di distrik Sanchaung, tempat mereka mengadakan protes harian menentang kudeta 1 Februari.
Pengambilalihan tentara dan penangkapan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi telah menjerumuskan Myanmar ke dalam kekacauan. Pasukan keamanan telah menewaskan lebih dari 60 pengunjuk rasa dan menahan lebih dari 1.800 orang, kata sebuah kelompok advokasi.
Di Sanchaung, polisi menembakkan senjata dan menggunakan granat kejut, mengumumkan pada hari Senin bahwa mereka akan memeriksa rumah untuk siapa saja dari luar distrik dan akan menghukum siapa pun yang ketahuan menyembunyikannya.
Aktivis pemuda, Shar Ya Mone, mengatakan dia telah berada di sebuah gedung dengan sekitar 15 hingga 20 orang lainnya, tetapi sekarang bisa pulang. "Ada banyak tumpangan mobil gratis dan orang-orang menyambut para pengunjuk rasa," kata Shar Ya Mone melalui telepon, berjanji untuk terus berdemonstrasi "sampai kediktatoran berakhir."
Pengunjuk rasa lain memposting di media sosial bahwa mereka dapat meninggalkan daerah itu sekitar pukul 05:00 pagi waktu setempat setelah pasukan keamanan mundur.
VIDEO: DEMONSTRASI ANTI KUDETA MILITER MYANMAR, KLIK DI SINI!
Seruan PBB
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebelumnya menyerukan "pengendalian maksimum" dan pembebasan aman semua pengunjuk rasa tanpa kekerasan atau penangkapan, seruan yang digemakan oleh kedutaan besar Amerika Serikat dan Inggris di Myanmar.
Sebuah kelompok hak advokasi mengatakan sekitar 50 orang telah ditangkap di Sanchaung setelah polisi menggeledah rumah, meskipun pemeriksaan masih dilakukan.
Televisi negara MRTV sebelumnya mengatakan: "Kesabaran pemerintah telah habis dan ketika mencoba meminimalkan korban dalam menghentikan kerusuhan, kebanyakan orang mencari stabilitas penuh (dan) menyerukan tindakan yang lebih efektif terhadap kerusuhan."
Tiga pengunjuk rasa tewas dalam demonstrasi di Myanmar utara dan Delta Irrawaddy pada hari Senin, menurut saksi mata dan media lokal. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...