Pengurangan Jam Kerja Perempuan
Kodrat kadang menjadikan perempuan diistimewakan, dilindungi, dibedakan, bahkan disepelekan.
SATUHARAPAN.COM – Beberapa hari ini ramai dibicarakan tentang jam kerja tenaga kerja perempuan yang akan dikurangi. Alasannya agar para perempuan pekerja dapat mengurus rumah tangganya walaupun bekerja. Jam kerja berkurang, berangkat lebih siang, pulang lebih cepat, gaji tetap. Siapa yang tak senang? Kaum laki-laki pun senang, istri pulang lebih cepat, bisa membereskan pekerjaan rumah tangga, sementara kaum laki-laki dapat melanjutkan pekerjaan mereka, pulang dengan rumah yang sudah rapi, anak yang terurus.
Keadaan perempuan yang dianggap lebih lemahlah yang membuat kaum hawa mengusung emansipasi wanita. Merasa diperlakukan beda dengan kaum pria dalam hal posisi, kedudukan, dan kesempatan. Bagaimana dengan perlakuan pembedaan jam kerja ini? Apakah para perempuan merasa disanjung atau disentil?
Kita telah lihat bagaimana kaum perempuan sekarang memiliki kesempatan bergerak di segala bidang, ada yang menjadi montir, bankir, menteri, sopir, bahkan pilot, dan kita bisa melihat kinerja mereka yang tidak kalah dengan kaum pria. Namun, kodrat sebagai perempuan kadang menjadikan perempuan diistimewakan, dilindungi, dibedakan, bahkan disepelekan.
Terkadang dalam pekerjaan, seorang perempuan juga dituntut sifat keperempuanannya yang tidak sesuai dengan kapasitas pekerjaan, misalnya untuk menjadi polwan harus melewati tes keperawanan. Agak tak masuk akal, mengapa bukan tes ketahanan fisik, tes kecepatan berlari, atau tes menggunakan senjata yang dijadikan patokan menjadi seorang polwan. Itulah, yang terjadi di negara kita ini.
Jadi, wahai perempuan… di manakah posisimu sekarang?
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Ratusan Tentara Korea Utara Tewas dan Terluka dalam Pertempu...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Ratusan tentara Korea Utara yang bertempur bersama pasukan Rusia mela...