Penurunan IHSG Masih Berlanjut, Rupiah Melemah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) rupanya masih berlanjut. Pada Jumat (11/4) dibuka turun 31,42 poin atau 0,66 persen menjadi 4.734,31, sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 8,18 poin (1,02 persen) ke 795,06. Kemarin IHSG melemah 164 poin (3%).
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat pagi bergerak melemah sebesar 15 poin menjadi Rp 11.350 dibandingkan sebelumnya Rp 11.335 per dolar AS.
Pelemahan pasar global juga berimbas ke Asia. Wall Street anjlok cukup dalam gara-gara maraknya aksi jual. Indeks Nasdaq mengalami koreksi terparahnya dalam dua setengah tahun terakhir.
Akibatnya, Indeks Komposit Shanghai berkurang 2,47 poin (0,12%) ke level 2.131,83. Indeks Hang Seng turun 60,39 poin (0,26%) ke level 23.126,57. Indeks Nikkei 225 anjlok 363.,27 poin (2,54%) ke level 13.936,85. Indeks Straits Times melemah 20,46 poin (0,64%) ke level 3.183,12.
Akibat Kecewa Pemilu, Dibantah BEI
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito menilai bahwa tertekannya indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Kamis ini bukan disebabkan hasil Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) pada Rabu, 9 April 2014.
“Turun dan naiknya pasar itu hal yang biasa di dalam pasar modal. Saya tidak melihat pelaku pasar kecewa dengan hasil Pileg kemarin (9/4),” ujar Direktur Utama BEI, Ito Warsito di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan bahwa secara umum, pasar modal Indonesia selalu mencatatkan kinerja positif pada tahun Pemilu. Pada Pemilu tahun 2004 dan 2009 lalu indeks BEI berada dalam tren yang naik.
“Secara umum indeks BEI selalu naik pada tahun pemilu, pada 2004 dan 2009 indeks tetap tumbuh cukup tinggi. Pada tahun ini, saya yakin indeks akan tetap naik, tapi kalau dilihat fluktuasinya tetap naik-turun,” kata dia.
Ito Warsito mengharapkan bahwa Presiden terpilih mendatang memiliki kebijakan yang baik bagi sektor keuangan maupun sektor lainnya agar terintegrasi dalam menjaga pertumbuhan ekonomi domestik.
“Kita lihat Pemilihan Presiden pada 9 Juli mendatang, kita berharap Presiden yang akan terpilih pro bisnis, menjaga pertumbuhan ekonomi, dan memberi peluang sebanyak-banyaknya bagi masyarakat untuk berusaha,” ucap Ito Warsito.
Terkait investor asing yang cenderung melakukan lepas saham, menurut Ito Warsito itu merupakan hal yang biasa, investor asing akan tetap melakukan transaksi di pasar modal domestik.
“Ada saat beli dan ada saat jual, yang penting pasar modal tetap memiliki likuiditas yang tinggi,” katanya.
Ito Warsito meyakini bahwa investor global tidak akan mengabaikan Indonesia, secara valuasi emiten Indonesia memberikan “return on equity” (ROE) lebih tinggi dibanding emiten di bursa-bursa regional.
“Itu menjadi salah satu kunci bagi pasar modal,” ucapnya.
Ia mengemukakan bahwa “return on equity” merupakan hubungan laba tahunan setelah pajak terhadap ekuitas pemegang saham yang tercatat. Rasio itu digunakan sebagai ukuran efektivitas dana pemegang saham yang telah diinvestasikan.
Ito Warsito juga mengatakan bahwa dari sembilan sektor industri di pasar modal, secara umum kinerjanya cukup bagus.
“Salah satunya sektor otomotif, negara Jepang banyak memindahkan pabriknya dari Thailand ke Indonesia, itu kan juga salah satu tanda bahwa Indonesia siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),” ujarnya. (Ant)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...