Penyandang Disabilitas Minta Bisindo Dijadikan Bahasa Isyarat Nasional
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Penyandang disabilitas berkumpul bersama dari berbagai kalangan dalam “Celebrating Diversity: Hormati : Hak-hak Kami, Biarkan kami berkomunikasi dengan cara kami “ dalam rangka memperingati hari disabilitas internasional di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Sabtu (22/2).
Kegiatan diselenggarakan Pusat Kajian Disabilitas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengambil topik tentang keinginan orang tuna rungu untuk tetap menggunakan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) sebagai bahasa yang diajarkan di Sekolah Luar Biasa (SLB/B) dibanding dengan menggunakan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI).
SIBI diakui secara resmi sebagai bahasa isyarat oleh Pemerintah walau tanpa ada landasan hukumnya. Bahasa isyarat tersebut merupakan terjemahan dari bahasa isyarat Amerika Serikat yang secara linguistik lebih banyak terdiri dari pengisyaratkan abjad.
Hal tersebut yang mendorong Pusat Kajian Disabilitas FISIP UI memfasilitasi keinginan para penyandang disabilitas untuk bersama-sama mendiskusikan melalui otoritas kebijakan dalam hal ini Kemendikbud untuk bisa memberlakukan Bisindo sebagai bahasa isyarat nasional.
Selain diskusi kegiatan hasil karya kreatifitas penyandang disabilitas juga digelar di antaranya pameran fotografi, pameran lukisan, bazaar dari hasil karya penyandang disabilitas tuna rungu sebagai bagian untuk membuka mata kepada masyarakat umum bahwa keberadaan mereka tetap produktif dalam berkreatifitas meski dengan keterbatasan.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...