Penyanyi Legendaris, Bob Tutupoly, Meninggal Dunia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Penyanyi legendaris Bobby Williem Tutupoly atau lebih dikenal dengan Bob Tutupoly tutup usia dalam usia 82 tahun.
Kabar meninggalnya pelantun lagu "Widuri"tersebut disampaikan oleh rekan sesama musisi Addie MS melalui media sosial Instagram, hari Selasa (5/7).
Kesehatan Bob Tutupoly dikabarkan mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Musisi Stanley Tulung mengabarkan bahwa jenazah Bob Tutupoly disemayamkan di Rumah Duka RS Siloam Semanggi, Jakarta.
Bob Tutupoly lahir di Surabaya, Jawa Timur 13 November 1939. Selain lagu "Widuri",penyanyi yang juga eksis sebagai aktor dan pembawa acara itu juga menelurkan sejumlah hits, di antaranya lagu berjudul "Tiada Maaf Bagimu"dan "Lidah Tidak Bertulang".
Kesehatan Bob Tutupoly telah menurun sejak beberapa waktu terakhir, dan dia telah kembali kepada Sang Pencipta.
Bob meninggal pada hari Selasa dini hari di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta dan tersebar melalui media sosial. Sejumlah musisi menyampaikan ucapan belasungkawa atas berpulangnya sang legenda itu melalui media sosial.
Pria bernama asli Bobby Willem Tutupoly itu sejak kecil telah menunjukkan minatnya di dunia tarik suara. Semasa SMA dia pernah bergabung dengan kwartet Jazz di RRI Surabaya. Bob lalu bergabung dengan beberapa grup band lainnya.
Hingga tahun 1963, Bob bergabung dalam grup The Riders untuk menggantikan posisi vokalis yang ditinggal oleh Bill Saragih, dan Bob mulai mendapat kesempatan untuk pentas di berbagai panggung pertunjukan hingga televisi.
Bob semakin mengembangkan kariernya dengan merekam berbagai lagu seperti "Gunung Seribu Janji", "Tak Mungkin Kulupa", "Tiada Maaf Bagimu",dan "Batu Nisan".Lagu-lagu tersebut juga ia bawakan di Malaysia, Singapura, dan Hongkong.
Bob pernah pindah ke Amerika Serikat, tepatnya pada tahun 1969. Dia mendapatkan tawaran dari sebuah grup bernama Venturas dan dijanjikan untuk rekaman di negara tersebut. Namun janji tersebut tidak kunjung terwujud. Bob akhirnya bekerja paruh waktu di Yamaha Buena Park. Dia juga bernyanyi bersama grup bernama The Midnighters di San Fransisco dan Los Angeles.
Di Amerika Bob juga bertemu dengan Haryono, direktur utama Pelita yang merupakan anak perusahaan Pertamina. Haryono memberi kesempatan kepada Bob untuk menjadi Public Relation sekaligus penyanyi di sebuah restoran bernama Ramayana.
Pada 1976, Bob akhirnya kembali ke Indonesia. Tidak lama setelah itu, tepatnya pada 1977, lagu "Widuri"rilis dan menjadi lagu fenomenal yang berhasil terjual sebanyak 650.000 copy.
Bob pernah menceritakan sejarah terciptanya lagu "Widuri"ini. Saat itu, Bob yang sedang menyiapkan 11 lagu untuk albumnya didatangi seorang remaja bernama Slamet Adriyadie. Dialah pencipta lagu "Widuri".
Slamet kemudian meminta waktu kepada Bob agar mau mendengar lagu ciptaannya. Ketika itu, teman teman Bob melarang dan mengatakan bahwa lagu Slamet pasti jelek. Hinaan itu membuat Bob merasa marah dan justru menjadi ingin mendengar karya Slamet.
Akhirnya dia mendengar lagu yang diciptakan Slamet dan bersama-sama memodifikasinya hingga tercipta lagu "Widuri".
Selain "Widuri",penyanyi berdarah Ambon itu juga menelurkan sejumlah hits, di antaranya lagu berjudul "Tiada Maaf Bagimu"dan "Lidah Tidak Bertulang". Sederet penghargaan juga berhasil diraihnya, termasuk "Legend Award" dari ajang Anugerah Musik Indonesia (AMI) 2015
Bob Tutupoly adalah artis serba bisa. Selain aktif menekuni karir di dunia tarik suara, suami dari Rosmayasuti Nasution dan ayah dari Sasha Karina Tutupoly itu juga dikenal sebagai pembawa acara televisi dan aktor.
Sebagai pembawa acara, dia pernah dipercaya memandu sejumlah program televisi, seperti kuis "Pesona 13", "Silih Berganti", dan "Ragam Pesona". Dia juga pernah membawakan acara Tembang Kenangan selama beberapa tahun di salah satu tv swasta.
Di dunia akting, Bob tercatat telah membintangi sejumlah film, di antaranya "Gli Innamorati Della Becak" (Kisah Cinta si Tukang Becak) (1958), "Penasaran" (1977), dan "Sebelah Mata" (2008).
Bob Tutupoly juga menjadi duta budaya, dan pernah membawa rombongan kesenian Celaku "Siswa Lima" pergi pentas ke beberapa kota di Belanda pada 1985 dan 1988.
Di akhir hidupnya, Bob lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga setelah terserang stroke. Kesehatannya terus menurun hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Mayapada pada Selasa (5/6) pukul 00:03 WIB. Selamat jalan pak Bob, Damai bersama Sag Pencipta, dan karyamu lestari.
Editor : Sabar Subekti
Israel Pada Prinsipnya Setuju Gencatan Senjata dengan Hizbul...
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Siaran media Kan melaporkan bahwa Israel pada prinsipnya telah menyetujui...