Penyelundupan Manusia Beroperasi dari Balik Penjara Cipinang
AUSTRALIA, SATUHARAPAN.COM - Sindikat penyelundupan manusia menawarkan paspor dan visa Australia kepada pencari suaka untuk masuk ke Australia dengan pesawat komersil. Salah seorang anggota sindikat penyelundup ini diduga beroperasi dari dalam penjara Cipinang di Jakarta.
Demikian investigasi yang dilaporkan program Four Corners ABC, pada Senin ini (18/11). Dalam investigasi ini terungkap bukti bahwa para penyelundup manusia menjual dokumen perjalanan dengan harga hingga 16 ribu dolar.
Dalam serangkaian pertemuan di ibukota Malaysia, Kuala Lumpur, seorang warga Irak yang dikenal sebagai Abu Tarek direkam dengan video menawarkan dokumen perjalanan kepada calon penumpang.
Abu Tarek menyatakan, seorang kliennya baru-baru ini berhasil masuk ke Australia dengan visa dan paspor yang dikeluarkan oleh Bahrain, dan telah meminta suaka di sebuah bandara Australia.
Ketika pria Irak berusia 36 tahun itu, yang nama aslinya adalah Hakim Salga ditanya apakah sudah banyak orang lainnya yang menggunakan dokumen gelap itu, ia menjawab: "Ya, ke Australia, Selandia Baru, banyak orang sudah tiba di sana, menggunakan paspor yang dikeluarkan oleh Bahrain dan Oman.”
Penyelundup manusia itu menyarankan kepada kliennya agar menggunakan paspor dan visa itu untuk naik ke pesawat, kemudian merobek-robeknya sebelum tiba di Australia. Tarek menyatakan menjual dua macam visa Australia, yakni visa berlibur dan visa transit untuk terus terbang ke Selandia Baru.
Investigasi itu lebih jauh mengungkapkan bahwa sindikat penyelundup manusia berusaha menjaring para pencari suaka dari Lebanon dari kawasan utara negara itu yang sedang rusuh, yang berbatasan dengan Suriah.
Menurut angka-angka dari Departemen Imigrasi Australia, jumlah orang Libanon yang meminta suaka di bandara-bandara Australia telah melonjak dari 182 menjadi 327 dalam setahun terakhir. Penduduk lokal di desa Qabeit menegaskan, lebih dari 200 orang dari desa itu telah membayar penyelundup manusia untuk pergi ke Australia dengan pesawat atau kapal.
Operasi dari Penjara
Investigasi Four Corners juga mengidentifikasi pria Irak lainnya, Abu Saleh, yang dipenjarakan karena menikam hingga mati seorang pria di klub malam di Jakarta, sebagai bagian dari sindikat yang sama. Abu Saleh, yang juga dikenal sebagai Hussain Hamid Aboudi, mengoperasikan bisnis penyelundupan manusia dari dalam penjara di Jakarta diduga dengan bantuan pihak berwenang penjara.
Abu Saleh diduga mengatur keberangkatan kapal yang tenggelam akhir September lalu di lepas pantai Selatan Jawa Barat, yang akhirnya menewaskan 44 orang, termasuk 18 anak-anak.
Pencari suaka dari Lebanon, Abdullah al Qisi, mengatakan, ia dikawal oleh polisi ke dalam penjara untuk bertemu dengan Abu Saleh. "Saya bertemu dengan Abu Saleh. Ia seperti raja. Ia selalu punya enam atau tujuh HP dan kira-kira 100-ribu dolar di mejanya," kata Abdullah al Qisi. (ABC)
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...