IDLIB, SATUHARAPAN.COM - Tonggak sejarah dalam 10 tahun perang Suriah telah mencatat hampir setengah juta orang tewas dan sekitar 12.000 anak tewas atau terluka, menurut Badan Anak-anak PBB, UNICEF.
Konflik itu juga menyebabkan krisis pengungsian terbesar sejak Perang Dunia Kedua.
Selain badan-badan PBB, 35 organisasi bantuan telah bergabung untuk memperingatkan penderitaan dan kerusakan yang makin bertambah, jika kebutuhan kemanusiaan yang meningkat di Suriah tidak terpenuhi dan solusi politik tidak tercapai atas konflik yang masih ada itu.
Direktur regional UNICEF Timur Tengah Ted Chaiban mengatakan, kekerasan yang berlanjut, krisis ekonomi dan COVID-19 mendorong keluarga-keluarga di Suriah ke jurang penderitaan.
Ia mengatakan kepada wartawan, lebih dari 6 juta anak di Suriah membutuhkan bantuan, meningkat 20 persen dibandingkan tahun lalu karena banyak yang kekurangan layanan dasar dan akses ke makanan.
“Perang ini berdampak mengejutkan bagi setiap anak di Suriah. Harga sekeranjang makanan rata-rata yang dimakan satu keluarga setiap minggu, telah meroket selama setahun terakhir sebesar 230 persen. Satu dari tiga sekolah tidak bisat digunakan lagi karena rusak, hancur, atau digunakan sebagai tempat penampungan bagi keluarga yang mengungsi, atau dalam beberapa hal digunakan untuk tujuan militer,” kata Chaiban.
Komite Penyelamatan Internasional (IRC) bergabung dengan Badan Bantuan dan Pembangunan Suriah, Care International, Save the Children dan sejumlah lembaga lain, mendesak komunitas internasional untuk meningkatkan bantuannya kepada warga Suriah di seluruh negeri dan di negara tetangga yang menampung pengungsi yang sangat membutuhkan, sementara menyelesaikan masalah politik untuk mengakhiri krisis.
Misty Buswell, Direktur Kebijakan dan Advokasi IRC di Timur Tengah, mengatakan kepada VOA tentang keprihatinan 35 lembaga yang membantu warga Suriah.
“Kami melihat semakin banyak yang membutuhkan, lebih dari 13 juta orang kini memerlukan bantuan kemanusiaan, yang tertinggi dibanding mana pun sejak konflik dimulai. Lebih dari 6 juta orang mengungsi di dalam negeri. Banyak yang harus meninggalkan rumah mereka berkali-kali. Kemampuan mereka untuk mengatasi tantangan telah benar-benar teruji dan kini ketahanan mereka setelah 10 tahun mencapai titik puncak.”
Buswell menambahkan, kemampuan untuk mengirim bantuan lintas batas harus dipertahankan, sementara akses kemanusiaan di Suriah harus diperkuat “tanpa harus cemas tentang masalah keamanan. Kami ingin melihat warga dan prasarana sipil diamankan," katanya.
Chaiban cemas karena lebih dari 5.700 anak Suriah, sebagian di antaranya berusia 7 tahun, direkrut untuk perang oleh pemerintah dan pasukan oposisi dengan sekitar separuhnya bertugas di pertempuran garis depan. UNICEF menyerukan pembebasan mereka dan mengakhiri penggunaan anak-anak usia pra-remaja sebagai tentara anak-anak.
Kekhawatiran juga meningkat atas bertambahnya pekerja anak Suriah dan pernikahan anak akibat pandemi virus corona. (VOA )