Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 10:40 WIB | Selasa, 21 Mei 2024

Perayaan Waisak, Hari Kelahiran Buddha, di Berbagai Negara

Biksu Buddha membersihkan patung Buddha menjelang hari lahir Buddha pada 15 Mei, di kuil Jogye di Seoul, Korea Selatan, hari Selasa, 7 Mei 2024. (Foto: dok. AP/Ahn Young-joon)

SATUHARAPAN.COM-Hari lahir Buddha sejarah atau Buddha Shakyamuni yang dikenal dengan Waisak di beberapa negara dirayakan sebagai kelahiran anak yang menjadi Pangeran Siddhartha sekitar akhir abad ke-4 SM.

Ini adalah acara suci bagi semua umat Buddha, namun dirayakan pada tanggal yang berbeda-beda tergantung aliran agama Buddha atau negara tempat seseorang berada. Di beberapa negara Asia, perayaan ini diperingati pada hari kedelapan bulan keempat kalender lunisolar, yang tahun ini jatuh pada tanggal 15 Mei. Di beberapa negara Asia Selatan dan Asia Tenggara, perayaan ini dirayakan pada bulan purnama pertama bulan Mei yang jatuh pada tanggal 23 Mei.

Kelahiran dan Kehidupan Buddha

Siddhartha lahir di Lumbini, yang berada di perbatasan India dan Nepal saat ini. Ibunya, Maya, adalah istri Suddhodana, raja klan Shakya. Menurut cerita Buddha, ketika ia mengandung, sang ratu bermimpi seekor gajah putih yang membawa keberuntungan memasuki rahimnya.

Sejumlah teks menceritakan keajaiban kelahiran anak tersebut, merinci bagaimana bayi tersebut diterima oleh dewa Indra dan Brahma, dan mengambil tujuh langkah segera setelah ia dilahirkan. Ia kemudian diyakini telah menerima mandi pembersihan dari para dewa, atau raja naga, tergantung pada negara atau budaya tempat legenda tersebut berasal.

Suddhodana melindungi putranya dari rasa sakit dan penderitaan, percaya bahwa mengisolasinya akan menempatkannya di jalur untuk menjadi raja. Namun, dia tidak bisa melindungi Siddhartha lama-lama, dan sang pangeran mulai merenung setelah menyaksikan orang menderita penyakit, usia tua dan kematian.

Kecewa dengan ketidakkekalan hidup, Siddhartha terlibat dalam praktik pertapaan selama enam tahun dan mencapai pencerahan pada usia 35 tahun di Bodh Gaya di timur laut India. Ia kemudian dikenal sebagai Buddha, yang berarti “yang telah sadar.”

Mengapa dan Bagaiaman Kelahiran Buddha Dirayakan

Umat ​​Buddha di seluruh dunia menggunakan waktu ini tidak hanya untuk merayakan, tetapi juga merenungkan ajaran Buddha dan apa artinya mengamalkan keyakinan.

Di banyak wilayah Asia, hari suci ini tidak hanya menandai kelahiran, tetapi juga pencerahan dan wafatnya Sang Buddha. Di sebagian besar budaya Asia dan diaspora, umat Buddha pergi ke kuil setempat dan berpartisipasi dalam nyanyian, meditasi, dan perayaan sepanjang hari. Keluarga menghiasi rumah mereka dengan lentera dan berkumpul untuk pesta.

Perayaan di Korea

Ulang tahun Buddha adalah hari libur nasional di Korea Selatan. Puncak perayaan di Seoul adalah festival lentera teratai yang disebut Yeondeunghoe, sebuah parade ribuan lentera kertas berwarna-warni yang menyala, sering kali berbentuk seperti bunga teratai yang digantung di kuil dan jalan.

Pada hari ulang tahun Buddha, banyak kuil menyediakan makanan dan teh gratis untuk semua pengunjung. Perayaan di halaman dan taman kuil meliputi permainan tradisional dan berbagai pertunjukan seni pentas. Pajangan bercahaya tersebut diyakini melambangkan cahaya ajaran Buddha.

Meskipun ulang tahun Buddha bukan merupakan hari libur resmi di Korea Utara, namun hari lahir tersebut telah dirayakan di kuil-kuil Buddha di sana sejak tahun 1988. Pada tahun 2018, para biksu Buddha di Korea Utara dan Selatan mengadakan kebaktian bersama ketika permusuhan antara pemerintah mereka mereda. Namun program pertukaran tersebut terhenti dalam beberapa tahun terakhir karena ketegangan mengenai program nuklir Korea Utara.

Perayaan di China

Di China, umat beriman melakukan upacara mandi yang melibatkan menuangkan air berkah beraroma ke atas patung bayi Buddha yang jari telunjuk kanannya mengarah ke atas ke langit dan jari telunjuk kiri mengarah ke bumi. Menurut legenda, Sang Buddha mengumumkan segera setelah dilahirkan bahwa ia tidak akan mengalami kelahiran kembali lagi, dan para naga di surga membaptisnya dengan air murni.

Perayaan di Jepang

Di Jepang, tanggal 8 April diperingati sebagai hari ulang tahun Buddha dan dirayakan di kuil Buddha sebagai Hana Matsuri, yang berarti festival bunga. Pada hari itu, “aula bunga” kecil didirikan di halaman kuil dan dihiasi dengan bunga berwarna-warni. Semangkuk air dengan patung bayi Buddha diletakkan di tengahnya dan umat menuangkan teh manis ke kepala patung. Seorang pendeta melakukan festival kelahiran Kambutsu-e yang menciptakan kembali kelahiran Buddha di taman Lumbini.

Perayaan di Asia Selatan dan Tenggara

Negara-negara di Asia Selatan dan Tenggara merayakan hari lahir Buddha pada bulan purnama di bulan lunar kedua yang dikenal sebagai Waisakha atau Vaisakha (Waisak-Ind). Kata Sansekerta untuk bulan purnama adalah Purnima, itulah sebabnya hari raya ini disebut juga Buddha Purnima.

Kuil Mahabodhi di Bodh Gaya didekorasi pada hari itu dan umatnya melakukan doa khusus di bawah pohon bodhi di mana Sang Buddha diyakini telah mencapai pencerahan. Di India dan Nepal, bubur nasi manis disajikan pada hari itu untuk mengenang kisah Sujata, seorang gadis yang mempersembahkan semangkuk bubur susu kepada Buddha.

Di Malaysia dan China, hewan dan burung yang dikurung dibebaskan pada hari ulang tahun Buddha karena masyarakat percaya bahwa itu adalah karma baik. Di Sri Lanka, para selebran menghiasi rumah dan jalan dengan lilin, lentera kertas, dan bambu. Perayaan menampilkan lagu-lagu kebaktian, struktur dekoratif yang disebut “pan dals,” pembakaran dupa dan pertunjukan lampu listrik yang menggambarkan kisah-kisah dari kehidupan Buddha.

Di Vietnam, ulang tahun Buddha masih menjadi festival populer, namun bukan hari libur umum, seperti yang terjadi pada tahun 1958 hingga 1975 di wilayah yang dulunya adalah Vietnam Selatan. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home