Perbedaan Islamic Boarding School dengan Pesantren
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Beberapa tahun belakangan ini mulai tren sekolah berasrama yang dikenal dengan sebutan boarding school.
Konsep boarding school ini memang mirip dengan pondok pesantren dimana siswanya bukan hanya belajar di kelas saja melainkan juga hidup di dalam lingkungan sekolah yaitu asrama. Meski berkonsep sama, namun perbedaan boarding school dan pesantren ini terbilang cukup besar.
Contohnya adalah SMA Dwiwarna (Boarding School) yang merupakan salah satu SMA swasta terbaik dan unggulan di Indonesia. Meski sama-sama mengusung pendidikan berbasis agama Islam, namun sekolah ini memiliki perbedaan antara Boarding School dan Pesantren ini cukup besar. Anda dapat membedakan keduanya dengan melihat pada beberapa faktor berikut ini.
1. Faktor Pendiri
Perbedaan yang pertama dapat dilihat dari siapa atau pihak mana yang mendirikan sekolah tersebut. Sekolah berasrama atau boarding school pendirinya adalah lembaga tertentu baik pemerintah maupun swasta. Biasanya lembaga tersebut berupa yayasan yang dimiliki oleh perseorangan, komunitas ataupun organisasi tertentu. Sedangkan pondok pesantren didirikan oleh kyai, ustadz atau pemuka agama lainnya sebagai tempat untuk siapapun yang ingin mempelajari agama Islam.
Begitu pula dengan SMA Dwiwarna (Boarding School), yang berdiri pada 3 April 1992 oleh Yayasan Pendidikan Islam Dwiwarna. Perekrutan siswa baru pada awalnya dilakukan melalui penyebaran leaflet, media massa, media digital, dan brosur. Pada 20 Juli 1998, SMA Dwiwarna (Boarding School) menerima 81 siswa dan memulai kegiatan pembelajaran terpadu sebagaimana yang sudah direncanakan sejak awal berdirinya yayasan.
2. Faktor Pendirian Lembaga
Bukan hanya siapa pendirinya saja yang menjadi perbedaan dari boarding school dan pesantren. Boarding school adalah lembaga pendidikan berupa sekolah yang dibuat oleh individu, komunitas ataupun organisasi yang mempunyai dan tapi tidak memiliki kompetensi untuk mengajar.
Oleh sebab itu kemudian pihak pendiri tersebut menyerahkan pengelolaan sekolah kepada pihak ketiga yang memiliki kompetensi di bidang pendidikan. Pendiri akan melengkapi sekolah tersebut dengan berbagai sarana prasarana dan fasilitas penunjang pendidikan agar siswa-siswa dapat meraih prestasi sebaik mungkin.
Sedangkan pesantren didirikan hanya menggunakan modal yang seadanya saja yang diperoleh dari pemuka agama seperti ustadz dan kyai atau dari sumber dana lainnya misalnya hibah dan wakaf. Pesantren umumnya tidak memiliki sarana dan fasilitas yang lengkap karena terbatasnya dana. Pembiayaan pesantren biasanya didapatkan dari para donatur.
Hal ini juga terjadi pada SMA Dwiwarna (Boarding School). Berbeda dari tujuan pendirian pesantren pada umumnya, SMA ini didirikan atas adanya 3 pertimbangan yaitu, menyediakan lembaga pendidikan Islam yang berkualitas baik, ikut andil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan SDM yang sejajar dengan negara maju.
Anggota Yayasan Pendidikan Islam Dwiwarna berupaya mengumpulkan berbagai bantuan dari donatur dan dari para pengusaha muslim supaya dapat memberikan pendidikan umum yang berkualitas namun tetap berwawasan kebangsaan dan bernafaskan Islam.
3. Faktor Biayanya
Perbedaan boarding school dan pesantren berikutnya adalah dari segi biaya yang harus dikeluarkan untuk dapat menimba ilmu di sana. Meskipun sama-sama berkonsep mondok alias menginap, sekolah asrama memiliki fasilitas kamar yang bagus bagi para siswa. Sedangkan para santri di pesantren umumnya hanya tidur di kamar yang seadanya saja.
Karena itulah tidak heran kalau biaya pendidikan di boarding school cukup mahal sedangkan pesantren seringkali gratis tanpa biaya sedikitpun. Biaya pendidikan yang cukup mahal pada boarding school tentu saja sudah sesuai dan setara dengan fasilitas, sarana dan prasarana yang disediakan.
SMA Dwiwarna (Boarding School) juga demikian. Biaya pendidikan di SMA Dwiwarna tentu akan sepadan dengan berbagai fasilitas, sarana, dan prasarana yang dapat menunjang segala kebutuhan siswa dan siswi. Mulai dari fasilitas asrama ataupun fasilitas untuk pembelajaran yang sangat mumpuni.
4. Kurikulum Pengajaran
Perbedaan selanjutnya dapat dilihat dari kurikulum pengajarannya. Siswa pada sekolah boarding school akan mendapatkan materi pengajaran yang sesuai dengan kurikulum nasional yang digunakan saat ini. Sementara itu para santri di pesantren pada umumnya akan mendapatkan materi tentang agama islam lebih banyak karena memang itu tujuan pendidikannya.
Sementara itu, SMA Dwiwarna sebagai Islamic Boarding School menggunakan kurikulum nasional plus. Dimana kurikulum ini akan memberikan pengantaran pelajaran berupa Bahasa Inggris bagi para siswanya. Selain itu, beberapa keunggulan dari kurikulum nasional plus di antaranya yaitu siswa akan lebih menguasai Bahasa Inggris, siswa dalam 1 (satu) kelas berjumlah lebih sedikit, memiliki fasilitas pengajaran yang lebih baik dan lengkap, serta terfokus pada pengembangan minat dan bakat siswa
Melalui penjelasan di atas diharapkan masyarakat umum akan menjadi lebih mudah untuk melihat perbedaan boarding school dan pesantren sehingga tidak rancu lagi. Kesempatan untuk menempuh pendidikan di sekolah asrama favorit dapat dimulai dengan daftar dan mengikuti PPDB di SMA Dwiwarna (Boarding School).
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...