Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 14:29 WIB | Kamis, 20 Mei 2021

Perempuan Israel Serukan Perdamaian

Sejumlah aktivis perempuan Israel, baik etnis Yahudi maupun Arab, melakukan aksi unjuk rasa menyerukan perdamaian di luar tembok Kota Tua Yerusalem hari Rabu (19/5) (Foto: Reuters).

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Sejumlah perempuan Israel melakukan protes di luar tembok Kota Tua Yerusalem hari Rabu (19/5), menyerukan upaya hidup berdampingan secara damai bagi orang Yahudi dan Arab di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan militan Palestina di Jalur Gaza.

Banyak aktivis Women Wage Peace mengenakan pakaian berwarna putih dan menyerukan penghentian kekerasan sekaligus mengedepankan pesan perdamaian dan harapan.

Lebih dari seminggu setelah perang, meskipun tekanan internasional untuk gencatan senjata terus bertambah, militer Israel menyatakan hari Rabu bahwa pihaknya memperluas serangan pada sasaran militan di selatan wilayah Palestina untuk menahan tembakan roket Hamas yang berlanjut.

Para pejabat kesehatan Gaza menyampaikan sedikitnya 219 warga Palestina tewas. Dua belas orang di Israel telah meninggal. 

Sementara itu kekerasan di Gaza dan Yerusalem telah meluas ke komunitas di seluruh Israel. Kerusuhan pecah di sejumlah kota di mana orang Yahudi dan warga Muslim (etnis Arab-Israel) hidup berdampingan. Kekerasan terparah terjadi di Lod, kota di dekat Tel Aviv.

Polisi Israel bertugas dalam protes di Lod. Ini adalah kota di Israel di mana orang Arab dan Yahudi hidup berdampingan. Tetapi kini orang-orang yang bertetangga itu saling berselisih.

Yoel Frankenburg adalah penduduk Yahudi. "Saya sudah tinggal di sini 12 tahun. Selama ini kami hidup bertetangga dengan baik. Tetapi dalam beberapa hari ini mereka mencoba membunuh kami."

Wahel, penduduk Arab, mengungkapkan, “Tadi malam, mereka membakar rumah kami, bisnis kami, mobil kami. Dengan membawa senjata, mereka mendekati anak-anak kami. Mereka harus diusir dari sini. Kalau tidak, akan terjadi perang besar di Lod.”

Lima sinagog dibakar di Lod dalam dua hari. Presiden Israel mengutuk serangan itu sebagai pogrom, istilah yang digunakan untuk serangan terhadap orang Yahudi di Eropa pada abad ke-19.

Eden Maltzur, pria Yahudi, dalam perjalanan ke Lod ketika massa menimpuki mobilnya dengan batu.

“Untungnya di belakang saya tidak ada mobil. Jadi, saya mundur, injak gas segera pergi. Saya hampir menabrak orang dan mobil. Saya tidak melihat apapun. Saya melihat kematian, kematian. Tahukah kamu apa kematian itu? Orang-orang menimpuki saya dengan batu, melempar batu ke arah saya."

Di dekat Bat Yam, sekelompok orang Yahudi mengepung dan memukuli seorang pria Arab sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Seorang pria Yahudi yang dipukuli di Lod meninggal karena luka-lukanya.

Kerusuhan itu menyebar ke kota-kota lain di mana warga Arab, sekitar 20 persen dari populasi Israel, tinggal bersama orang Yahudi. Setelah bentrokan tiga malam, perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan:

“Tidak ada yang bisa membenarkan orang Arab menghukum mati orang Yahudi dan tidak ada yang bisa membenarkan orang Yahudi menghukum mati orang Arab. Itu tidak bisa diterima. Itu bukan kita. Jangan lakukan kekerasan ini, kebiadaban ini. Kita akan mengembalikan ketertiban ke kota-kota Israel di mana pun, di semua kota."

Kembali ke Lod, penduduk Arab menghadapi pejabat kota dan menyalahkan mereka karena mendukung ekstremis Yahudi bersenjata, yang menurut mereka, dikerahkan ke Lod sebagai provokator.

Para pemimpin agama - Muslim, Kristen, Druze, dan Yahudi - mencoba menenangkan situasi. Masing-masing menyampaikan pesan video bahwa “Kekerasan bukanlah agama saya.” (VOA)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home