Peretas Rusia Killnet Ganggu Misi Bantuan Kemanusiaan NATO di Turki dan Suriah
SATUHARAPAN.COM - Sekelompok peretas Rusia yang dikenal sebagai Killnet telah mengganggu kontak antara NATO dan pesawat militer yang memberikan bantuan kepada korban gempa Turki-Suriah berkekuatan 7,8 yang sejauh ini telah merenggut lebih dari 30.000 nyawa, menurut laporan The Telegraph.
Para peretas mengaku bertanggung jawab atas serangan penolakan layanan terdistribusi (DDoS), yang menurunkan situs web Markas Besar Operasi Khusus NATO dan Strategic Airlift Capability (SAC).
Serangan DDoS adalah jenis serangan dunia maya yang ditujukan untuk membuat situs web atau layanan online tidak tersedia bagi pengguna yang dituju dengan membanjirinya dengan lalu lintas dalam jumlah besar.
Pada dasarnya, penyerang membanjiri target dengan begitu banyak data sehingga menjadi kewalahan dan tidak dapat lagi menangani lalu lintas yang sah, membuat pengguna sulit atau tidak mungkin mengakses situs atau layanan.
“Kami sedang melakukan serangan terhadap NATO. Detail di saluran tertutup,” kata grup peretas di salah satu saluran Telegram rekanannya.
Meskipun situs NATO hanya down selama beberapa jam, serangan DDoS diyakini telah menghambat upaya bantuan, dengan salah satu pesawat C-17 SAC diperingatkan tentang gangguan selama misi.
Pesawat SAC telah digunakan untuk beberapa misi penting sejak 2009, termasuk evakuasi 3.000 warga sipil dari Kabul, Afghanistan setelah pengambilalihan Taliban pada tahun 2021. Saat ini digunakan untuk mengangkut bantuan ke daerah yang dilanda gempa.
Mengonfirmasi insiden tersebut, seorang pejabat NATO menyatakan bahwa pakar dunia maya NATO secara aktif menangani masalah ini dan menangani keamanan dunia maya dengan sangat serius.
Meski komunikasi dengan pesawat tidak sepenuhnya terputus, serangan siber Killnet diyakini menghambat upaya pemberian bantuan.
Badan keamanan Barat menggambarkan Killnet sebagai kelompok aktivis pro Kremlin yang terorganisir secara longgar yang terlibat dalam serangan dasar DDoS terhadap negara-negara yang mendukung Ukraina. Meskipun menyebabkan pemadaman sementara, grup tersebut belum menyebabkan kerusakan permanen yang signifikan sejauh ini.
Killnet telah aktif di dunia maya dan pernah berselisih dengan kelompok peretas pro Barat, Anonymous, di masa lalu.
Kelompok itu disalahkan karena menghapus situs web beberapa rumah sakit di Amerika Serikat dan bertanggung jawab atas video yang dirilis pada Maret 2022, yang mendesak Rusia untuk tetap tinggal di negara itu dan mendukung ibu pertiwi selama invasi Kremlin ke Ukraina. (The telegraph/Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...