Perhatian Dunia Semakin Minim kepada Situasi Kemanusiaan Palestina
TEPI BARAT, SATUHARAPAN.COM – Situasi kemanusiaan di perbatasan Israel-Palestina saat ini tidak terlalu mendapat perhatian dunia lagi.
Bagi Ramzi Zananiri, Direktur Eksekutif bagian Layanan Pengungsi Palestina di wilayah Yerusalem dan Tepi Barat (Department of Service to Palestinian Refugees/DSPR), situasi yang dihadapi warga Palestina saat ini sangat memprihatinkan.
Seperti yang dia kemukakan di situs resmi Dewan Gereja Dunia, oikoumene.org, hari Senin (11/7), proses perdamaian mengalami kemacetan, karena perdamaian tidak mengalami kemajuan. “Saat ini dunia internasional lebih melihat Suriah dan Irak,” kata Zananiri.
“Dengan tidak adanya pemahaman politik antara Israel dan Palestina,” kata dia.
Dia menambahkan saat ini malah banyak terjadi pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat. Dia menyayangkan Israel melakukan penguasaan berlebih atas sumber daya air di Palestina.
“Kami tidak bisa lagi mengharapkan dukungan dari negara-negara blok Arab, karena mereka sepenuhnya sibuk dengan masalah mereka sendiri,” kata dia.
Zananiri menambahkan setiap negara di Timur Tengah mengalami gejolak, dan solidaritas bagi Palestina mulai sedikit.
Zananiri menyebut setelah Arab Spring atau kebangkitan dunia Arab dari otoritarianisme pada 2010 masalah Palestina telah kehilangan prioritas dalam politik dunia.
“Ini memiliki implikasi serius untuk layanan kami untuk pengungsi Palestina, karena kita tergantung pada pendanaan internasional,” kata dia.
Dia merasa khawatir masa depan Yerusalem, dia meramalkan dunia internasional lebih banyak mendukung Israel. Salah satu contoh konkret, menurut dia – dengan mengambil data DSPR – yakni terbatasnya akses terhadap air di Tepi Barat, sebab Israel menguasai 85 persen dari pasokan air.
Menurut jaringan dari Dewan Gereja Dunia yang mengurusi sumber daya air, Ecumenical Water Network (EWN), Israel sejak lama mempraktikkan ketidakadilan terhadap sumber daya air yang menyebabkan penderitaan kepada warga Palestina.
“Sebaliknya, Israel menggencarkan tuduhan kepada Sekretaris Jendral Dewan Gereja Dunia, karena mengungkap masalah ini ke dunia internasional,” kata Zananiri.
Sejak didirikan pada tahun 1949, DSPR adalah sebuah organisasi layanan yang mendukung kesehatan dan program pendidikan untuk sebuah organisasi yang berfokus pada isu-isu pemberdayaan ekonomi, pertanian dan lingkungan.
Organisasi ini beroperasi, menurut Zananiri, memiliki pendekatan yang lebih berorientasi perkembangan dan melihat kondisi kemanusiaan di Palestina.
“Kami membutuhkan konsep yang baik agar menyakinkan organisasi atau individu pendonor,” kata dia.
Rencana strategis DSPR saat ini menitikberatkan pada beberapa prioritas antara lain peningkatan kesejahteraan ibu dan anak-anak Palestina, kemudian pemberdayaan pemuda Palestina yang terpinggirkan untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka sendiri, dukungan masyarakat Palestina untuk mengelola dan melestarikan sumber daya alam yang tersedia, terwujudnya keadilan dan persamaan hak ekonomi sosial bagi warga Palestina, pengurangan dampak situasi darurat. (oikoumene.org)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...