Peringatan Hari Kelahiran Charles Darwin Menuai Pro dan Kontra
SAN FRANCISCO, SATUHARAPAN.COM – Seiring semakin banyaknya dukungan untuk memperingati 12 Februari sebagai Darwin Day, semakin banyak pula penolakan yang dilontarkan berbagai pihak, demikian yang dilaporkan Religion News pada Selasa (11/2).
Semakin banyak orang Amerika dari berbagai latar belakang agama yang memperingati hari kelahiran Charles Darwin, naturalis tahun 1809 itu.
Meskipun karya besarnya yang kontroversial, “On The Origin of Species” tidak pernah dicetak kembali sejak publikasinya pada tahun 1859, Darwin tetap diingat oleh dunia. Bahkan ada beberapa pihak yang merekomendasikan hari kelahirannya untuk diperingati.
Rush Holt, Jr (Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat dari New Jersey): bulan lalu menghadap Kongres Amerika Serikat (AS) untuk mengajukan hari kelahiran Darwin (12 Februari) agar diperingati sebagai Darwin Day. Ini merupakan tahun ketiga ia mengajukan hal yang sama.
Zazzle dan Cafe Press menawarkan kartu Darwin Day yang di antaranya bertuliskan “I naturally select you” (“Saya secara alamiah memilihmu”) dan “Let’s evolve together” (“Mari berevolusi bersama”).
International Darwin Day Foundation: lebih dari 90 kelompok ateis, humanis, dan pemikir bebas lainnya melaksanakan perayaan lokal dengan makan malam seadanya, wisata alam, ceramah, diskusi buku dan pemutaran film.
Hampir 600 jemaat membahas hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari “Evolution Weekend” tahunan, yang dilaksanakan pada akhir pekan terdekat dengan tanggal 12 Februari.
Tahun ini, HBO memiliki semangat Questioning Darwin yang merupakan film dokumenter baru sebagai bagian dari film biografi Darwin.
Sutradara Questioning Darwin, Antony Thomas, mengatakan, “Saya menempatkan Darwin di atas, di antara orang-orang besar, yaitu dengan para nabi dan rasul besar.”
“Saya pikir ia telah melakukan lebih dari sekadar berkontribusi pada pemahaman kita tentang siapa kita dan tempat kita di dunia ini, lebih dari yang orang lain pernah lakukan,” sutradara asal Inggris itu menambahkan.
Peringatan Darwin Day merupakan gagasan Inggris, negara dari mana Darwin berasal, dimulai tak lama setelah ilmuwan itu meninggal pada 1882.
Perayaan terbesar pertama dilakukan pada 1909 di London, New York, dan Selandia Baru.
Ketika para ilmuwan melaksanakan perayaan pertama, para humanis, ateis, dan yang lainnya segera melebur di dalamnya. Komunitas Humanis dari Palo Alto diperkirakan sebagai yang pertama kali menandai 12 Februari sebagai peringatan Darwin Day pertama pada 1994. Saat ini, Asosiasi Humanis Amerika menjalankan International Darwin Day Foundation dan menolong pelaksanaan Darwin Day di seluruh dunia.
Kelompok-kelompok agama kini juga telah memperingati hari tersebut.
The Clergy Letter Project yang diprakarsai pada 2004, telah mengumpulkan 13.000 tanda tangan yang berasal dari umat Kristen, Yahudi, Buddha, dan Unitarian Universalist untuk dicantumkan pada sebuah surat yang menyebut teori evolusi sebagai dasar kebenaran ilmiah. Inilah cikal bakal pelaksanaan Evolution Weekend.
Dan ketika kebanyakan orang Amerika mengatakan dukungannya pada gagasan mengenai evolusi – 60 persen, berdasarkan hasil polling Pew Research Center 2013 – tidak semua akan menyebarkan paham Darwin.
Beberapa tahun lalu, Defending Genesis Ministry mengeluarkan “Creation Letter Project” yang sebagian isinya menyatakan, “evolusi adalah sebuah kebohongan yang mengacaukan otoritas Alkitab dan dasar Injil.” Surat ini mendapatkan 300 tanda tangan.
“Jika kamu menerima penjelasan ilmiah tentang asal muasal kita sebagai suatu kebenaran, kamu akan membuang kebenaran spiritual yang melekat pada asal-usul supernatural dunia seperti dalam Kitab Kejadian,” ujar Tony Breeden, pendiri Defending Genesis dan penulis Creation Letter Project.
Lalu muncul “Question Evolution Day” yang juga didaftarkan pada 12 Februari. Peringatan itu digagas oleh “Cowboy” Bob Sorenson, seorang blogger yang menginginkan perkumpulan creationists mendiskusikan teori Darwin dalam media cetak dan forum online.
“Kita bisa terus bertanya tentang evolusi setiap hari,” ujarnya dalam situs pribadinya. (religionnews.com)
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...