Peringati Hari Jadi, Warga Banyuwangi Napak Tilas Puputan Bayu
BANYUWANGI, SATUHARAPAN.COM – Sejarah berdirinya Banyuwangi tidak lepas dari peristiwa Puputan Bayu yang terjadi di wilayah Kecamatan Songgon saat ini. Untuk mengenang jasa para pahlawan yang bertempur pada tahun 1771 - 1772 tersebut, warga Banyuwangi menggelar Napak Tilas Puputan Bayu, di Kecamatan Songgon, Banyuwangi, Minggu (16/12).
Ratusan warga dari seluruh kecamatan datang ke lokasi dengan semangat untuk ikut berjalan menapaktilas para pahlawan. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan jajaran SKPD turut berbaur dengan warga, berjalan yang berakhir di wana wisata Rowo Bayu.
Bupati Anas mengajak masyarakat untuk memaknai napak tilas Puputan Bayu sebagai spirit bagi warga Banyuwangi untuk memperjuangkan kemajuan Banyuwangi di masa depan. “Dulu para pahlawan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, kini tugas kitalah untuk memperjuangkan kemajuan Banyuwangi,” kata Anas, seperti dilansir situs resmi banyuwangikab.go.id.
Napak tilas ini, Anas menambahkan, ibarat penghubung antara masa lalu, masa kini dan masa depan. “Jangan lupakan sejarah. Hal-hal di masa lalu yang bagus, akan terus kita kembangkan. Program masa lalu yang bagus, ditambah dengan program inovasi di masa kini, akan membuat Banyuwangi berkembang menjadi lebih baik,” kata Anas, sambil mengucapkan terima kasih atas kerja sama seluruh elemen masyarakat yang terus bekerja sama memajukan Banyuwangi.
Kabupaten Paling Inovatif di Indonesia
Menurut Anas, pada tahun ini Hari Jadi Banyuwangi terasa sangat spesial. Ditetapkannya Banyuwangi sebagai Kabupaten Paling Inovatif di Indonesia, hingga dibukanya penerbangan internasional Kuala Lumpur - Banyuwangi merupakan salah satu hadiah yang berharga bagi Banyuwangi.
“Ini semua terasa sangat spesial. Masih banyak pula prestasi lain yang berhasil diraih Banyuwangi sejak awal tahun kemarin. Untuk itu, napak tilas ini harus kita jadikan momen untuk terus berkarya bagi Banyuwangi,” katanya.
Pemilihan Rowo Bayu sebagai tempat napak tilas bukan tanpa alasan. Di tempat tersebut, pada rentang waktu 1771 - 1772 menjadi saksi bisu kegigihan rakyat Blambangan uang dipimpin Pangeran Rempeg Jogopati, Patih Jaga Lara, Sayu Wiwit, mempertahankan tanah airnya dari gempuran penjajah. Bangsa Belanda meyakini perang itu sebagai perang yang paling kejam dan meminta banyak korban jiwa.
Dari rangkaian perjuangan itulah, lantas menjadi momentum lahirnya Kabupaten Banyuwangi. Tepatnya pada 18 Desember 1771, terjadi pertempuran besar antara Kerajaan Blambangan melawan penjajah. Peristiwa heroik itulah yang dijadikan momentum hari lahir Banyuwangi.
Berdasarkan cerita tersebut, DPRD Banyuwangi pada sidangnya tanggal 9 Mei 1995 secara aklamasi menetapkan 18 Desember sebagai hari jadi Banyuwangi. Semangat berjuang itulah yang mendorong warga turut dalam napak tilas itu.
Wahyu Adi (21), salah satu peserta menyatakan senang bisa ikut napak tilas ini bersama tujuh rekannya. “Saya baru pertama kali ikut napak tilas ini. Excited banget bisa ikut berpartisipasi. Apalagi para pesertanya juga banyak dan terlihat penuh semangat,” ujarnya.
Yang membuatnya terkesan, Wahyu mengaku, kegiatan ini terlaksana karena partisipasi masyarakat sekitar. “Menariknya, hampir tiap rumah atau secara berkelompok-kelompok, warga masyarakat menyiapkan jajanan dan minuman yang bisa dinikmati secara gratis. Guyubnya sangat terasa,” kata Wahyu.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...