Peringati Waisak, Walubi dorong Kebajikan kepada Sesama
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Soedjito menjelaskan tema waisak pada tahun ini, yaitu kita harus berbuat kebajikan kepada sesama.
“Walubi menganjurkan umat Buddha tahun ini agar berbuat kebajikan, semua harus bisa menebarkan cinta kasih,” kata Soedjito saat dihubungi, Senin (12/5). Menurut situs Walubi tema Waisak pada 2558 BE/2014 adalah “Kembangkan Brahmavihara untuk Kebahagiaan Semua Makhluk” dengan sub tema "Senantiasa Berpandangan Terang dan Pikiran".
Komponen kebajikan itu antara lain metta (cinta kasih), karuna (kasih sayang), mudita (simpati), upekkha (ketenangan-keseimbangan). Artinya, kita harus menebarkan cinta kasih, welas asih, kita senang jika orang lain bahagia dan kita punya keseimbangan batin.
Untuk pesta demokrasi yang kebetulan berlangsung di tahun 2014 ini, umat Buddha melalui Walubi berharap Indonesia akan lebih berkembang, maju, dan pemerintahnya lebih memperhatikan kesejahteraan rakyat, terutama dalam hal toleransi antar umat beragama.
“Sebenarnya tema Waisak tahun ini tidak berbeda dengan tema Waisak tahun lalu, namun tahun ini lebih ditekankan lagi untuk meningkatkan cinta kasih dan welas asih kepada sesama manusia, itu yang utama. Karena kondisi dunia saat ini kelihatannya sudah mulai melenceng, cinta kasih dan welas asih kepada sesama itu sudah mulai berkurang,” ujarnya prihatin.
Pelaksanaan Tri Hari Suci Waisak dilaksanakan di Candi Borobudur, Jawa Tengah mulai tanggal 13-15 Mei. Candi Borobudur sendiri merupakan monumen peninggalan sejarah (herritage) agama Buddha di Indonesia, yang juga merupakan salah satu dari warisan budaya dunia versi UNESCO.
“Umat Buddha semua berkumpul di Candi Borobudur untuk mengenangkan detik-detik Waisak yaitu tepatnya tanggal 15 Mei pada jam 2.00 WIB,” kata Soedjito.
Selain memperingati Waisak, umat Buddha juga mengadakan bakti sosial berupa pengobatan gratis baik untuk umat Budha maupun masyarakat di sekitar Candi Borobudur, yang dilaksanakan pada 11-12 Mei 2014.
Sebenarnya tidak hanya saat waisak, Walubi beserta umat Buddha juga senantiasa mengadakan bhakti sosial setiap bulannya, misalnya kegiatan bagi-bagi sembako untuk warga miskin di berbagai tempat.
Dalam kesempatan tersebut, Sodjito juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap konflik kekerasan terhadap umat Buddha yang terjadi di Myanmar, karena hal itu menimbulkan rasa tidak aman bagi sebagian umat beragama. Sebagaimana tertulis di situs walubi.or.id, dalam Surat Pernyataan Sikap Walubi, berharap terutama kepada pemerintah Myanmar untuk mengambil langkah menjaga kerukunan dan menegakkan hukum. Sementara pemerintah Indonesia diharapkan turut berperan aktif membantu penyelesaian konflik.
“Walubi sangat menyesalkan di Myanmar ada umat Buddha yang bertindak tidak sesuai dengan ajaran agama Buddha, jadi Buddha mengajarkan kita tidak boleh menggunakan kekerasan, melainkan cinta kasih terhadap sesama,” kata dia.
Beberapa minggu sebelumnya menjelang hari raya Waisak, umat Buddha juga melakukan kegiatan membersihkan Taman Makam Pahlawan di seluruh Indonesia, yang diselenggarakan oleh Panitia Waisak Nasional Umat Buddha Indonesia.
“Buddha mengajarkan barang siapa yang menghormati dan memperhatikan para pahlawannya adalah manusia yang mengetahui balas kasih sayang, karena tanpa pahlawan Indonesia tidak akan merdeka,” urai Soedjito.
Soedjito mengaku bersyukur selama pelaksanaan peringatan hari raya Waisak, aparat keamanan sudah melakukan pengamanan dengan baik untuk umat Buddha yang merayakannya.
“Untuk melaksanakan Waisak tentunya kita sudah menghubungi pihak kepolisian sebelumnya, dan sudah melapor, agar selama perayaan tidak terjadi kerusuhan. Kami bersyukur selama pelaksanaan Waisak dari tahun-tahun sebelumnya, kami selalu aman,” ungkapnya.
Editor : Bayu Probo
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...