Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 09:56 WIB | Jumat, 11 Maret 2022

Perkembangan Invasi Rusia: Ada Kemungkinan Presiden Rusia dan Ukraina untuk Bertemu

Perkembangan Invasi Rusia: Ada Kemungkinan Presiden Rusia dan Ukraina untuk Bertemu
Citra satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan pemandangan kebakaran dari dekat di kawasan industri dan ladang terdekat di Chernihiv selatan, Ukraina, selama invasi Rusia, Kamis, 10 Maret 2022. (Gambar satelit © 2022 Maxar Technologies via AP)
Perkembangan Invasi Rusia: Ada Kemungkinan Presiden Rusia dan Ukraina untuk Bertemu
Seorang pria yang terluka oleh penembakan di dekat rumahnya dirawat di sebuah rumah sakit di Brovary, utara Kiev, Ukraina, Kamis, 10 Maret 2022. (Foto: AP/Felipe Dana)

ANTALYA, SATUHARAPAN.COM-Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan bahwa pertemuan antara menteri luar negeri Rusia dan Ukraina di Turki dilakukan “dengan cara yang beradab meskipun ada kesulitan.”

Cavusoglu, yang mengambil bagian sebagai fasilitator dalam pembicaraan tingkat tinggi Rusia-Ukraina sejak dimulainya perang di Ukraina, mengatakan dia tidak mengharapkan "keajaiban" dari pertemuan pertama, yang berakhir tanpa terobosan.

Meski begitu, dia menyambut baik fakta bahwa Sergey Lavrov dari Rusia dan Dmotry Kuleba dari Ukraina berbicara tentang kemungkinan pertemuan antara presiden Ukraina dan Rusia, dengan Rusia “pada prinsipnya” menyetujui pertemuan semacam itu.

Menteri Turki mengatakan bahwa selama pembicaraan tiga arah dia mendorong untuk “gencatan senjata yang berkelanjutan.”

“Sampai bisa ditetapkan, kami tekankan perlunya koridor kemanusiaan tetap terbuka… Kami secara khusus menekankan perlunya koridor kemanusiaan di Mariupol,” katanya.

 

Penyelidikan Kejahatan Perang di Ukraina

WARSAWA, Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, telah menerima seruan untuk penyelidikan kejahatan perang internasional terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina dan pemboman warga sipil, termasuk pemboman rumah sakit bersalin.

Berbicara pada hari Kamis (10/3) di Warsawa, di mana dia menunjukkan dukungan AS untuk sekutu sayap timur NATO, Harris menyatakan kemarahannya atas pemboman rumah sakit bersalin pada hari Rabu dan adegan perempuan hamil yang berlumuran darah dievakuasi.

"Tentu harus ada investigasi, dan kita semua harus mengawasi," kata Harris. Berdiri di samping Harris, Presiden Polandia, Andrzej Duda, berkata, “Jelas bagi kami bahwa di Ukraina, Rusia melakukan kejahatan perang.”

Kamala Harris memuji rakyat Polandia karena telah menerima lebih dari satu juta pengungsi sejak Rusia menginvasi Ukraina.

Harris membuat komentar pada hari Kamis ketika dia bertemu dengan Perdana Menteri Polandia, Mateusz Morawiecki, dan beberapa jam setelah DPR AS meloloskan RUU pengeluaran besar-besaran yang mencakup bantuan untuk Ukraina dan sekutu Eropanya. Undang-undang tersebut mencakup US$ 6,8 miliar untuk merawat pengungsi dan bantuan ekonomi lainnya.

"Saya telah menonton atau membaca tentang pekerjaan orang biasa yang melakukan hal-hal luar biasa, jadi saya mengucapkan terima kasih kepada Anda dari orang-orang Amerika," kata Harris.

Harris juga bertemu dengan Presiden Polandia, Andrzej Duda. Dan Harris juga dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau saat berada di Warsawa. Pemimpin Kanada itu telah berada di Eropa dalam beberapa hari terakhir untuk bertemu dengan sekutunya tentang Ukraina.

 

Jerman Berkomitmen Lindungi Perdamaian Balkan

SARAJEVO, Menteri luar negeri Jerman mengatakan negaranya memiliki “tanggung jawab bersejarah” untuk melindungi perdamaian di Balkan, saat ia menarik persamaan antara pecahnya bekas Yugoslavia pada 1990-an dan invasi berkelanjutan Rusia ke Ukraina.

“Saya sadar bahwa banyak orang di sini diingatkan pada saat-saat mengerikan pada decade 1990-an melihat foto-foto dari Kiev, dari Mariupol,” kata Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, hari Kamis (10/3) di Sarajevo, merujuk pada target Ukraina oleh serangan Rusia.

Baerbrock menambahkan bahwa tumbuh bersama beberapa dari hampir 350.000 pengungsi Bosnia yang berlindung di Jerman “membentuk generasi politisi saya.”

“Kami ingin tinggal bersama di rumah Eropa,” kata Baerbrock pada hari pertama tur empat harinya di wilayah yang rapuh secara politik yang juga akan mencakup perhentian di Serbia, Kosovo dan Moldova.

 

Pertemuan Menlu Ukraina dan Rusia Belum Menemukan Terobosan Akhiri Perang

ANTALYA, Menteri luar negeri Ukraina mengatakan bahwa pembicaraan antara diplomat top Moskow dan Kiev tidak menghasilkan terobosan untuk mengakhiri perang di Ukraina setelah invasi Rusia.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, mengatakan dia menghadiri pertemuan hari Kamis (10/3) dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, di Turki untuk membahas koridor kemanusiaan dan gencatan senjata.

Kuleba mengatakan ada "pengambil keputusan lain" di Rusia yang perlu dikonsultasikan, menambahkan bahwa dia setuju dengan Lavrov untuk terus mencari solusi untuk masalah kemanusiaan yang disebabkan oleh perang.

Dia mengatakan Moskow tidak siap untuk menawarkan gencatan senjata. Dia berkata: “Mereka menghendaki penyerahan Ukraina. Ini tidak akan terjadi.”

Kuleba mengatakan "hal terakhir" yang dia inginkan adalah membunuh harapan bagi warga Ukraina yang mencari jalan aman keluar dari kota-kota yang dikepung oleh pemboman dan serangan Rusia.

 

Jerman dan Prancis Serukan Gencatan Senjata

PARIS, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman, Olaf Scholz, telah menyerukan gencatan senjata segera di Ukraina dalam pembicaraan telepon dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Sebuah pernyataan dari kepresidenan Prancis hari Kamis (10/3) mengatakan bahwa setiap solusi untuk krisis harus dinegosiasikan antara Rusia dan Ukraina.

Ketiga pemimpin sepakat untuk tetap berhubungan dekat dalam beberapa hari mendatang, kata pernyataan itu.

Invasi Rusia ke Ukraina adalah isu utama pada pertemuan puncak kepala negara dan pemerintahan Uni Eropa di Istana Versailles, di Prancis pada Kamis dan Jumat.

 

China Longgarkan Kontro, Nilai Tukar Rubel terhadap Yuan Jatuh

BEIJING, China melonggarkan kontrol nilai tukar pemerintah untuk membiarkan nilai rubel Rusia jatuh lebih cepat terhadap yuan China dan membantu melindungi Beijing dari sanksi ekonomi terhadap Moskow.

Margin yang memungkinkan rubel untuk berfluktuasi terhadap yuan dalam perdagangan harian yang dikendalikan negara akan berlipat ganda menjadi 10% di atas atau di bawah harga pembukaan hari itu mulai hari Jumat (11/3), menurut pengumuman Sistem Perdagangan Valuta Asing China.

Rubel telah kehilangan sekitar 40% nilainya sejak pemerintah Barat memutuskan beberapa bank Rusia dari sistem pembayaran SWIFT internasional sebagai pembalasan atas keputusan Presiden Vladimir Putin untuk menyerang Ukraina. Bank sentral Rusia dilarang menggunakan cadangan mata uang asingnya untuk mempertahankan nilai tukar.

China telah menghindari bergabung dengan pemerintah lain dalam mengkritik serangan Putin dan telah mengkritik sanksi Barat. Perusahaan-perusahaan China tidak memberikan tanda-tanda mereka bergabung dengan rekan-rekan Barat dalam menarik diri dari Rusia, tetapi para ekonom mengatakan mereka kemungkinan akan mengambil keuntungan dari tekanan pada Moskow untuk mencapai kesepakatan yang lebih baik. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home