Perkembangan Terbaru Dampak Invasi Rusia ke Ukraina
SATUHARAPAN.COM-Invasi Rusia terhadap Ukraina yang telah menyebabkan kekacauan dunia, berdampak pada masalah keamanan dan ekonomi dengan naiknya harga minyak, telah menjadi keprihatinan dunia.
Pada awal pekan ini bahkan ada peringatan untuk kesiagaan pasukan nuklir dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang menyebabkan kekhawatiran memicu perang nuklir, baik karena didesain maupun tidak sengaja.
Berikut perkembangan terbaru krisis akibat invasi Rusia ke Ukraina.
AUSTRALIA BANTU SENJATA KE UKRAINA: Australia akan memberikan peralatan militer mematikan ke Ukraina untuk membantu Ukraina melawan invasi Rusia.
Pengumuman pemerintah Australia pada hari Senin (28/2) tidak memberikan rincian tentang materi apa yang mungkin dikirim. Langkah tersebut menyusul tawaran pada hari Jumat berupa peralatan militer yang tidak mematikan, pasokan medis dan kontribusi US$3 juta untuk dana perwalian NATO untuk mendukung negara yang terkepung itu.
Australia telah memberlakukan sanksi terhadap lebih dari 350 orang Rusia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin sejak hari Kamis.
Australia juga menargetkan dengan sanksi terhadap 13 individu dan entitas di Belarus, termasuk menteri pertahanan negara itu, Viktor Khrenin. Belarus mendukung Rusia dalam perangnya dengan Ukraina.
KANADA HAPUS SIARAN TV RUSIA: Dua perusahaan media terbesar di Kanada menghapus saluran TV pemerintah Rusia RT (Russia Today) dari penawaran kabel mereka.
Juru bicara, Rogers Andrew Garas ,mengatakan Russia Today tidak akan lagi tersedia di jajaran salurannya mulai hari Senin (28/2).
Perusahaan media Bell juga menghapus RT. Menteri Warisan Kanada, Pablo Rodriguez, memuji tindakan tersebut, dengan mengatakan Rusia telah melakukan perang di Ukraina sejak 2014 dan perang informasi di seluruh dunia. Dia mengatakan RT adalah lengan propaganda rezim Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyebarkan disinformasi.
BANK RUSIA DI AUSTRIA MUNGKIN GAGAL BAYAR: Anak perusahaan Sberbank milik negara Rusia yang berbasis di Austria telah diputuskan, dan kemungkinan akan gagal setelah para deposan melarikan diri karena dampak invasi Rusia ke Ukraina.
Bank Sentral Eropa (ECB) mengatakan Senin (28/2) pagi bahwa bank tersebut memiliki aset 13,6 miliar euro pada akhir tahun lalu, tetapi telah mengalami "arus simpanan yang signifikan" karena "ketegangan geopolitik."
ECB mengatakan Sberbank Europe AG yang berkantor pusat di Wina "kemungkinan tidak dapat membayar utangnya atau kewajiban lainnya saat jatuh tempo." Bank tersebut adalah anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Sberbank Rusia, yang pemegang saham mayoritasnya adalah pemerintah Rusia.
Dewan resolusi bank Eropa secara terpisah mengatakan telah memberlakukan larangan pembayaran atas uang yang terutang oleh bank dan batas berapa banyak deposan dapat menarik. Dewan akan memutuskan langkah lebih lanjut, yang dapat mencakup restrukturisasi, penjualan atau likuidasi bank.
Sberbank Eropa mengoperasikan 185 cabang dan memiliki lebih dari 3.933 karyawan.
KORBAN SIPIL DI UKRAINA: Kementerian Dalam Negeri Ukraina mengatakan 352 warga sipil Ukraina telah tewas selama invasi Rusia, termasuk 14 anak-anak. Dikatakan tambahan 1.684 orang, termasuk 116 anak-anak, telah terluka.
Pernyataan kementerian hari Minggu (27/2) tidak memberikan informasi tentang korban di antara angkatan bersenjata Ukraina.
Rusia telah mengklaim bahwa pasukannya hanya menargetkan fasilitas militer Ukraina dan mengatakan bahwa penduduk sipil Ukraina tidak dalam bahaya.
Rusia belum merilis informasi tentang korban di antara pasukannya. Kementerian Pertahanan Rusia hanya mengakui pada hari Minggu bahwa tentara Rusia telah tewas dan terluka, tanpa memberikan angka apapun.
BRASIL TETAP NETRAL: Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, mengatakan pemerintahnya akan tetap netral mengenai invasi Rusia ke Ukraina. Bolsonaro mengatakan dia melakukan percakapan selama dua jam dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin ,pada hari Minggu untuk berbicara tentang perang dan meyakinkan pemimpin Rusia bahwa Brasil akan menjaga posisi netral.
Namun, kementerian luar negeri Brasil kemudian mengatakan Bolsonaro tidak berbicara dengan Putin pada hari Minggu, melainkan merujuk pada pertemuan dua jamnya dengan Rusia selama kunjungan ke Moskow awal bulan ini.
Presiden ultra-konservatif Brasil itu mengatakan pada hari Minggu bahwa dia tidak ingin "membawa konsekuensi konflik" ke Brasil.
Bolsonaro mengatakan bahwa Rusia tidak berniat melakukan pembantaian dan di beberapa wilayah Ukraina yang “90% orangnya ingin lebih dekat dengan Rusia.”
Presiden Brasil juga mengkritik Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dengan mengatakan orang-orang “mempercayakan nasib bangsa kepada seorang komedian.”
KANADA KIRIM BANTUN PERTAHANAN: Kanada akan mengirimkan tambahan peralatan militer pertahanan senilai US$25 juta ke Ukraina dalam upaya membantu negara itu bertahan melawan invasi Rusia. Menteri Luar Negeri, Melanie Joly, mengatakan peralatan itu termasuk helm, pelindung tubuh, masker gas, dan perlengkapan penglihatan malam.
Dia mengatakan akan dikirimkan melalui Polandia untuk sampai ke sana secepat mungkin. Anand mengatakan Kanada akan menawarkan pakar keamanan siber yang dapat membantu Ukraina “mempertahankan jaringannya dari serangan siber yang semakin menjadi bagian dari perang modern.”
PBB SIDANG DARURAT: Dewan Keamanan PBB telah memilih 193 anggota Majelis Umum untuk mengadakan sesi darurat tentang invasi Rusia ke Ukraina pada hari Senin (28/2).
Pemungutan suara di DK PBB pada hari Minggu untuk mengesahkan pertemuan darurat dengan hasil 11 mendukung, Rusia menentang, dan China, India dan Uni Emirat Arab abstain. Itu adalah suara yang sama persis pada resolusi hari Jumat yang menuntut agar Moskow segera menghentikan serangannya terhadap Ukraina dan menarik semua pasukan. Tetapi dalam kasus itu, Rusia menggunakan hak vetonya dan resolusi itu dikalahkan.
Duta Besar Ukraina untuk PBB, Sergiy Kyslytsya, meminta pertemuan Majelis Umum diadakan di bawah apa yang disebut resolusi “Bersatu untuk Perdamaian”, yang diprakarsai oleh Amerika Serikat dan diadopsi pada November 1950 untuk menghindari veto oleh Uni Soviet selama Perang Korea.
Resolusi itu memberi Majelis Umum kekuatan untuk mengadakan pertemuan darurat ketika Dewan Keamanan tidak dapat bertindak karena kurangnya suara bulat di antara lima anggota tetap pemegang hak veto: Amerika Serikat, Rusia, Cina, Inggris dan Prancis.
AS SARANKAN WARGA MENINGGALKAN RUSIA: Kedutaan Besar Amerika Serikat di Moskow mendesak warga Amerika di Rusia untuk berpikir tentang meninggalkan negara itu segera pada hari Minggu (27/2), karena beberapa maskapai menghentikan penerbangan di sana dan beberapa negara menutup penerbangan mereka bagi pesawat Rusia.
"Warga AS harus mempertimbangkan untuk segera meninggalkan Rusia melalui opsi komersial yang masih tersedia,” kata Kedutaan Besar dalam sebuah pernyataan di situs webnya.
Pejabat AS dalam beberapa pekan terakhir telah mendesak orang Amerika untuk tidak melakukan perjalanan ke Rusia, dan memperingatkan bahwa pemerintah AS tidak dapat membantu dalam evakuasi orang Amerika dari sana.
Peringatan sebelumnya merekomendasikan orang Amerika mengembangkan rencana darurat tentang bagaimana meninggalkan negara itu jika perlu. Uni Eropa termasuk di antara mereka yang mengumumkan pada hari Minggu bahwa mereka menutup wilayah udara mereka untuk penerbangan Rusia. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...