Perlu Analisis per Sektor Dampak Kenaikan BBM
BANDUNG, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah perlu melakukan analisis per sektor kepada berbagai aspek yang akan terkena dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), kata Kepala Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Tomy Perdana.
“Pengurangan subsidi BBM memang mendesak dilakukan, dampaknya pasti ada kenaikan harga. Pemerintah harus melakukan analisis risiko terhadap sektor yang terkena dampak langsung,” kata Tomy ketika dihubungi dari Bandung, Minggu (7/9).
Ia mengatakan, sektor pertanian membutuhkan upaya mitigasi, dengan memberikan kompensasi kenaikan BBM pada sektor pertanian. Terutama petani perlu mendapat berbagai program peningkatan efisiensi dan produktivitas melalui introduksi teknologi tepat.
Kenaikan ini menurut Tomy tentu saja akan menaikkan biaya produksi dari produk pertanian seperti kenaikan harga berbagai agroinput pertanian yakni benih, pupuk dan pestisida.
“Kenaikan tersebut terjadi karena perubahan harga BBM akan meningkatkan biaya produksi dan biaya logistik pada industri agroinput,” katanya.
Selain pada industri agroinput, kenaikan hasil produksi pertanian juga disebabkan dampak sektor lain seperti logistik pada pertanian.
Ada peningkatan biaya pengolahan lahan yang menggunakan traktor serta biaya logistik dari kebun sampai ke pasar.
Kenaikan biaya produksi pertanian ini menurut Tomy tidak diimbangi dengan meningkatnya harga yang ada di konsumen yang mengakibatkan keuntungan petani akan mengalami penurunan.
“Akibatnya dalam kurun waktu tertentu, keuntungan petani akan mengalami penurunan sehingga kesejahteraan petani akan mengalami penurunan,” kata Tomy.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut menurut dia, para petani harus meningkatkan efisiensi produksi dan produktivitas pertaniannya dengan menyesuaikan penggunaan SOP budidaya sesuai dengan yang diminta pasar.
“Penggunaan agroinput yang tepat, seperti pupuk organik yang berada di sekitar pedesaan setempat akan meningkatkan efisien, meningkatkan produktivitas, dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar,” katanya.
Mengenai kondisi pertanian Indonesia, menurut Tomy kini sedang dihadapkan pada berbagai tantangan seperti produk impor, perdagangan bebas, dan perubahan iklim yang turut pula berdampak pada kinerja pertanian Indonesia.
Salah satunya terjadi pada kinerja industri gula, hortikultura, peternakan dan pangan sehingga beberapa program swasembada gagal mencapai target.
Fenomena itu disebabkan tidak adanya ikatan dari pengembangan subsektor hulu dan hilir, termasuk pada pasar.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...