Perlu Komitmen dan Peran Masyarakat Tekan Angka Kematian Ibu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Millenium Development Goal’s (MDGs) akan segera berakhir seiring berakhirnya tahun 2015. Dari delapan target, capaian Indonesia masih belum maksimal. Salah satu contoh adalah target peningkatan kesehatan ibu dengan indikator menurunnya angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Untuk itu, baik pemerintah maupun elemen-elemen masyarakat lain, terus berupaya mewujudkan target tersebut. Salah satunya melalui kolaborasi dan sinergitas antara pemerintah dan organisasi kemasyarakatan untuk percepatan penurunan AKI.
“Saya sangat mengapresiasi partisipasi organisasi kemasyarakatan, dalam percepatan penurunan angka kematian ibu, yang ditandai dengan penandatanganan bersama antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Tim Penggerak PKK, Kowani, dan organisasi perempuan,” kata Menteri PP dan PA, Yohana Yembise, di Hotel Arya Duta Jakarta, pada Kamis (5/11), seperti dikutip di situs resmi kemenpppa.go.id.
Perwujudan target penurunan AKI dalam MDGs ke depan akan dilanjutkan melalui rumusan Sustainable Development Goals (SDGs). “Dari 17 tujuan dan 169 target rumusan SDGs yang telah disepakati, target penurunan angka kematian ibu masuk dalam tujuan ketiga, yakni pastikan hidup sehat dan mempromosikan kesejahteraan pada segala usia.
Pada tahun 2030, target penurunan AKI secara global adalah 70 kematian per 100,000 kelahiran hidup. Selain itu akan dipastikan pula akses menyeluruh pada pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual, termasuk program keluarga berencana, informasi dan pendidikan serta pengintegrasian kesehatan reproduksi dalam program dan strategi nasional setiap negara,” kata Menteri Yohana.
Kematian ibu berdampak pada kestabilan ekonomi keluarga. Di dalam keluarga, ibu tidak hanya pengasuh, tapi juga memberikan kontribusi besar pada pengelolaan pendapatan keluarga.
Kondisi tersebut, berakibat menurunnya kualitas dan peluang kelangsungan hidup bagi bayi yang baru dilahirkan dan anak yang ditinggalkan. “Bayi yang ditinggalkan ibunya berisiko tinggi untuk mengalami permasalahan kesehatan. Fakta menunjukkan sekitar 50 persen dari bayi yang ditinggalkan ibu tersebut, akan meninggal sebelum ulang tahun pertama. Anak yang ditinggalkan sebagian akan mengalami gangguan tumbuh kembang akibat tidak mendapatkan perawatan, pengasuhan, dan pendidikan awal, dari ibu,” kata Menteri Yohana.
Ia juga menegaskan, penyebab kematian ibu pada dasarnya ada dua hal, yaitu dari sisi masyarakat (demand side) dan dari sisi pelayanan (supply side).
Dari sisi fasilitas pelayanan, indikatornya menunjukkan semakin baik, terlihat dari meningkatnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan: 66 persen pada 2002 meningkat menjadi 83 persen pada 2012; pemeriksaan kehamilan sebanyak empat kali juga meningkat: 92 persen pada 2002 menjadi 96 persen pada 2012 (SDKI 2012).
Tetapi, mengapa AKI semakin meningkat? Berarti ada masalah lain yang berkaitan dengan masyarakat (demand side).
Berkaitan dengan percepatan penurunan angka kematian ibu, sesuai dengan tugas dan fungsinya, KPP-PA telah melakukan berbagai upaya advokasi, fasilitasi, dan sosialisasi. Salah satu kebijakan untuk percepatan penurunan AKI, KPP-PA bersama organisasi masyarakat menyusun Pedoman Percepatan Penurunan AKI bagi Organisasi Kemasyarakatan.
Dengan pedoman itu, sebagai acuan diharapkan percepatan penurunan AKI akan memiliki daya ungkit yang strategis dan nyata. “Kemitraan dan partisipasi dari lembaga-lembaga masyarakat seperti organisasi kemasyarakatan, organisasi perempuan, kalangan akademisi, organisasi profesi, dunia usaha dan swasta, sangatlah penting dalam upaya percepatan penurunan AKI tersebut,” kata Menteri Yohana.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...