Persaudaraan Lintas Agama

SATUHARAPAN.COM - Seorang bapak hilir mudik di antara ibu-ibu yang melayani di dapur umum selama persidangan Majelis Pekerja Lengkap Gereja Protestan Maluku (MPL-GPM) di Jemaat GPM Uwen Gabungan, 17-22 November 2013 lalu. Sering ia menanyakan ketersediaan logistik di dapur. Kadang kala ia memastikan kelengkapan sistem pendukung bagi kelancaran persidangan. Saya memastikan bahwa bapak itu adalah anggota panitia persidangan dari Jemaat GPM Uwen Gabungan. 

Pada hari ketiga persidangan itu, saya diajak santap siang di rumah Kepala Desa Sukaraja, sebuah desa Muslim yang bertetangga dengan Jemaat GPM Uwen Gabungan. Saat memasuki rumah kepala desa, saya dibuat terpana. Ternyata Sang Bapak berkulit hitam yang saya temui di dapur umum itu adalah Bapak Tadjudin Sitania, Kepala Desa Sukaraja.

Cerita menarik berkembang saat santap siang bersama beberapa rekan pendeta di rumahnya. Desa Sukaraja menyambut dan menjadi tuan rumah bagi 23 orang pendeta GPM. Bapak Tadjudin dan keluarganya menjadi keluarga angkat bagi Ketua Klasis Ternate bersama isterinya selama 1 minggu. Ia bahkan menjadi anggota panitia persidangan dan bertugas pada seksi perlengkapan dan akomodasi.

Menurut Tadjudin, kekerabatan antar desa Muslim dan Kristen di sekitar wilayah itu telah berlangsung lama. Mereka bahkan tak terinfeksi konflik "antar pemeluk agama" yang berdarah-darah pada 1999-2003. Tadjudin sendiri telah terlibat jauh dalam kegiatan-kegiatan gereja di wilayah itu. Menurut pengakuannya, ia ikut membangun dua gedung gereja milik Gereja Protestan Maluku di desa-desa Kristen di sekitar desanya.

Sebelum meninggalkan rumahnya, saya sempat bertanya tentang alasan keterlibatannya dalam kepanitiaan persidangan tahunan GPM yang melibatkan hampir 300 peserta itu. Dengan tenang ia menjawab, "Kami hanya ingin hidup baik-baik sebagai saudara."

Sebuah jawaban sederhana dari orang sederhana yang hidup jauh dari ingar-bingar perdebatan antara teologi dan agama-agama.

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com