Pertama Kali, Arab Fashion Week di Riyadh
RIYADH, SATUHARAPAN.COM – Ruangan-ruangan Hotel Ritz-Carlton yang berhias warna emas di Riyadh dipenuhi perempuan-perempuan berpakaian modis. Tampak juga tamu-tamu orang Saudi berambut hitam bergabung dengan tamu-tamu dari Eropa Timur berambut pirang.
Mereka menghadiri peragaan busana pertama yang pernah diadakan di Arab Saudi.
Para model dan penata rias yang mempersiapkan untuk pembukaan Arab Fashion Week mengatakan mereka terkejut dengan penyelenggaraan acara di kerajaan Muslim yang sangat konservatif.
“Kami sangat senang karena ini peragaan busana pertama di Arab Saudi, jadi, kami sedang membuat sejarah,” kata model Anita Dmycroska, seperti dilansir Reuters.
Pembatasan-pembatasan sosial yang ketat sudah melonggar secara dramatis di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Salman mengendalikan polisi syariat, membolehkan konser-konser umum dan mencabut pelarangan bioskop komersial serta mencabut larangan menyetir mobil bagi perempuan.
Namun, pembatasan-pembatasan tetap ada. Resepsi yang diadakan Selasa (10/4) terbuka untuk laki-laki dan kamera-kamera, tapi hanya perempuan yang dibolehkan masuk ke panggung peragaan busana. Berfoto di luar dilarang.
Di tempat-tempat umum, perempuan Arab Saudi mengenakan abaya -- baju panjang longgar yang menjadi simbol kesalehan.
Dengan gerakan reformasi, para perempuan di berbagai kota mulai mengenakan abaya berwarna-warni. Kadang berhias renda dan beludru atau sedikit terbuka untuk memperlihatkan rok atau jeans.
Menciptakan Platform Desainer Lokal untuk Mendunia
Abaya tidak ditampilkan di panggung. Peragaan busana hanya berlaku untuk undangan. Harvey Nichols menggelar jualannya di sebuah tenda yang didirikan beberapa jam sebelum peragaan pertama.
Tenda lain menggelar panggung peragaan busana dengan menghadirkan desainer dari Brasil, Lebanon, Rusia, Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab.
Acara ini awalnya dijadwalkan pada akhir bulan lalu, tapi ditunda karena masalah visa. Tokoh-tokoh industri mode terbang dari Italia, Rusia, dan Lebanon untuk pertama kali ke Riyadh, untuk mengagumi karya-karya para desainer lokal dan internasional.
Layla Issa Abouzeid, direktur Dewan Mode Arab yang bermarkas di Dubai (AFC), yang menyelenggarakan acara ini, mengatakan sebanyak 1.500 tamu diharapkan menghadiri acara ini, termasuk 400 tamu dari luar negeri.
Dia berharap acara ini bisa menghasilkan pendapatan untuk kerajaan ini dan menyoroti bakat-bakat lokal.
“Orang-orang pergi ke Paris untuk menghadiri Paris Fashion Week, dan hotel-hotel sudah penuh dipesan,” kata dia. “Saya ingin menciptakan permintaan yang sama di Arab Saudi, dua kali dalam satu tahun. Saya ingin menciptakan platform untuk para desainer lokal untuk mendunia.”
AFC ingin memperkenalkan kursus-kursus mode, program magang dan beasiswa di Arab Saudi dan membuka distrik mode di Riyad. (voaindonesia.com)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...