Pertama Kali Bulog Dipimpin Perempuan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri BUMN Rini Soemarno menunjuk Lenny Sugihat menjadi Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) yang baru menggantikan Budi Purwanto yang menjabat sebagai Plt. Dirut Bulog sejak 24 November lalu.
Lenny tadinya adalah direksi Bank Rakyat Indonesia, dan menjabat sebagai Direktur Pengendalian Risiko Kredit.
“Tadi telah diputuskan direksi Bulog yang baru. Mulai 2 Januari mendatang, Bu Lenny dari BRI ditetapkan sebagai Dirut Bulog,” kata Rini dalam jumpa pers di Kantor Kementerian BUMN Jakarta, Rabu.
Mantan Menteri Perdagangan dan Perindustrian era Presiden Megawati itu menuturkan pertimbangan memilih Lenny adalah karena pengalamannya yang lebih dari 30 tahun dalam menangani kredit petani.
“Bu Lenny banyak menangani kredit petani, jadi tahu betul masalah yang dihadapi petani. Juga mengenai pemasaran produk pertanian,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rini juga mengatakan pertimbangan memilih Lenny dinilainya tepat dalam upaya pemerintah mewujudkan program swasembada pangan.
Pasalnya, untuk mewujudkan swasembada pangan, tidak hanya faktor pendukung seperti perbaikan irigasi, waduk, atau penyediaan bibit saja tetapi juga harus memperhatikan pendapatan petani.
“Kalau mereka (petani) menanam, mereka harus yakin bahwa tanaman mereka dapat dibeli dengan harga memadai, dengan komposisi harga tanam ditambah margin keuntungan. Ini yang harus menjadi tanggung jawab Bulog untuk menghitung itu dan dapat berkomunikasi dengan petani untuk tahu berapa harga yang memadai itu,” ucapnya.
Ke depannya, Rini berharap Bulog tidak hanya menjadi penyangga harga gagah petani melainkan juga sebagai stabilisator harga pangan pokok untuk masyarakat.
“Program Bulog ke depan adalah menjaga agar petani bisa mendapat harga jual yang memadai, tetapi pada saat yang sama juga menjaga harga memadai untuk konsumen,” pesan Rini.
Dalam kesempatan yang sama, Lenny Sugihat mengatakan pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin memenuhi harapan pemerintah untuk menjadi stabilisator harga.
“Kami akan lihat skala prioritasnya. Tentu akan dilihat lagi efisiensi operasional, tata naga dan lainnya untuk menjamin ketersediaan dan keterjangkauan pangan,” katanya.
Dirut Bulog Baru Punya Tantangan Berat
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan Direktur Utama Perum Bulog Lenny Sugihat mempunyai tantangan berat dalam pengembangan perusahaan itu ke depan.
Pasalnya, perusahaan pelat merah itu diharapkan menjadi stabilisator harga bagi petani dan masyarakat selain tetap harus berupaya memenuhi kewajiban untuk bisa mendulang keuntungan bisnis.
“Di sinilah dibutuhkan kepiawaian manajemen di mana dalam program mendukung swasembada pangan Bulog harus beli dari petani dengan harga memadai, menjaga harga pasar tapi juga tetap dapat keuntungan yang cukup untuk bisa hidup,” kata Rini dalam bincang-bincang di Kantor Kementerian BUMN Jakarta, Rabu.
Rini menuturkan, lembaga itu harus mampu berkomunikasi dengan petani agar bisa memenuhi kebutuhan mereka akan harga jual produk pertanian yang memadai.
Artinya, Bulog harus bisa membeli produk pertanian dengan harga yang menguntungkan bagi petani agar ada kepastian produksi.
“Ini yang harus menjadi tanggung jawab Bulog untuk menghitung itu dan dapat berkomunikasi dengan petani untuk tahu berapa harga yang memadai itu,” ujarnya.
Lembaga itu, lanjut Rini, juga punya tanggung jawab menjaga kestabilan harga pangan pokok untuk konsumen.
Pemerintah menetapkan ada tujuh pangan pokok yang menjadi prioritas yakni beras, jagung, kedelai, gula, bawang merah, cabai dan daging sapi.
Selanjutnya, meski tidak menetapkan target keuntungan perusahaan, Rini berharap Bulog bisa tetap meraih penghasilan yang cukup untuk kelangsungan hidup perusahaan.
“Tidak ada target profit. Tapi, untuk kelangsungan hidup perusahaan tentu harus punya penghasilan untuk bayar karyawan, renovasi gudang atau pengembangan lainnya,” katanya.
Bulog Bisa Lakukan Impor Pangan
Perum Bulog nantinya dimungkinkan bisa mengimpor pangan atas tanggung jawabnya untuk menjaga kestabilan harga bagi masyarakat, kata Menteri BUMN Rini Soemarno.
“Kalau ada keharusan atau masih kekurangan produksi dalam negeri, tentu harus impor. Bulog juga harus diberi izin lakukan impor,” kata Rini dalam bincang-bincang di Kantor Kementerian BUMN Jakarta, Rabu.
Kemungkinan Bulog untuk bisa melakukan impor berdasarkan atas fungsi lembaga tersebut untuk menjadi stabilisator harga pangan bagi masyarakat selain menjaga harga jual produk dari petani.
Ada tujuh pangan pokok yang menjadi prioritas yakni beras, jagung, kedelai, gula, bawang merah, cabai dan daging sapi.
“Bulog punya tanggung jawab menjaga agar petani bisa tetap dapat harga jual yang memadai tapi pada saat yang sama juga menjaga harga pangan di masyarakat lebih stabil. Maka harus diseimbangkan, bisa impor kalau dibutuhkan, karena kita tidak mau harga tidak stabil,” ujarnya.
Selain berfungsi sebagai stabilisator, Rini juga berharap Bulog bisa tetap meraih penghasilan yang cukup untuk kelangsungan hidup perusahaan.
“Tidak ada `target profit`. Tapi, untuk kelangsungan hidup perusahaan tentu harus punya penghasilan untuk membayar karyawan, renovasi gudang atau pengembangan lainnya,” katanya.
Menurut Rini, perombakan fungsi Bulog sebagai stabilisator harga produk pertanian bagi petani dan masyarakat diperlukan guna mendukung program swasembada pangan yang ditargetkan tercapai beberapa tahun ke depan.
“Kami melihat Bulog harus berfungsi lagi karena harus mendukung swasembada pangan,” ujarnya. (Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...