Pertama Kalinya Orang Kristen Jadi Kapten Timnas Iran
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM – Ketika mempersiapkan diri menuju Piala Dunia tahun lalu, Andranik Teymourian berdiri di samping rekan satu timnya saat mereka berbaris untuk mencium Al-Qur'an, sebagai bagian dari upacara yang lazim dalam tim nasional Iran. Walaupun dia bukan Muslim, warga Iran dari etnis Armenia itu tidak ingin mengganggu ketenangan upacara. Ia memilih menuruti ritual tersebut, yang merupakan bagian klasik dari budaya Iran. Ulama yang memegangi Al-Qur'an tidak bisa menyembunyikan rasa gelinya di lokasi kejadian.
Gelandang berusia 32 tahun, yang dikenal sebagai Ando - atau Samurai, karena gaya rambutnya - tidak malu menunjukkan kekristenannya, dengan membuat tanda salib ketika berlari di lapangan. Pada bulan April lalu, Teymourian, yang bermain untuk Bolton Wanderers dan Fulham, menjadi orang Kristen pertama yang memimpin tim sepak bola Iran sebagai kapten permanen.
"Saya senang bahwa sebagai seorang Kristen saya bermain di tim Muslim," katanya dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
"Saya memiliki akar Armenia, tapi saya memiliki paspor Iran dan saya bangga akan hal itu, saya mengacungkan bendera saya tinggi-tinggi. Saya harap saya bisa meningkatkan reputasi yang baik dari orang Armenia di Iran," kata dia, sebagaimana diceritakan oleh The Guardian dalam artikel berjudul First Christian football captain in Iran as Rouhani puts focus on minorities yang dilansir pada 1 Juni 2015.
Etnik Armenia merupakan bagian terbesar dari 300.000 orang Kristen di Iran. Armenia sepenuhnya terintegrasi dalam masyarakat Iran. Sejumlah orang terkenal muncul dari etnik Armenia, seperti musisi Loris Tjeknavorian hingga Sombat Hacoupian, yang mendirikan salah satu merek pakaian pria yang paling terkenal di negara itu dan sekarang menjadi nama yang umum.
Meskipun Islam adalah agama resmi Iran, negara itu mengakui Kristen, Yahudi, dan Zoroastrian sebagai kelompok agama minoritas. Mereka diizinkan memiliki rumah ibadah dan memiliki perwakilan di kursi parlemen Iran. Di negara di mana alkohol dilarang, orang Kristen diperbolehkan untuk menikmati minuman keras dan makan daging babi.
Setidaknya ada 600 gereja di Iran, termasuk gereja abad keenam, Gereja Mary di Tabriz, yang pernah disebutkan oleh Marco Polo dalam buku perjalanannya. Provinsi yang berdekatan Azerbaijan Barat membanggakan Biara St Thaddeus, sebuah situs warisan dunia yang diakui UNESCO.
Ketika Hassan Rouhani berkuasa pada 2013, ia menunjuk Ali Younesi, mantan menteri intelijen, untuk bertugas sebagai asisten khususnya dalam urusan minoritas. Ini adalah pertama kalinya posisi tersebut diciptakan.
Perbaikan yang signifikan telah terjadi sejak itu bagi kalangan minoritas, namun masih banyak tantangan besar yang tersisa.
Pada bulan April, Armenia sebagai tetangga utara Iran, memperingati seratus tahun peristiwa genosida tahun 1915. Pemerintah Iran yang biasanya gugup menghadapi pertemuan umum, mengambil keputusan yang langka dengan memperbolehkan warga Iran etnik Armenia menggelar protes di depan kedutaan Turki di Teheran.
Sikap resmi terhadap minoritas lainnya juga telah berubah. Pada bulan Februari, Younesi mengumumkan siswa Yahudi secara resmi tidak lagi harus pergi ke sekolah pada hari Sabtu, hari Sabat dalam kalender Ibrani. Hari sekolah di Iran dimulai dari hari Sabtu dan berakhir pada hari Kamis. Hari Jumat adalah akhir pekan dan hari libur.
Pemerintah Rouhani telah mencoba untuk mengubah citra Iran, terutama mengenai sikap resmi terhadap komunitas Yahudi di negara itu, setelah ternoda di bawah pendahulunya, Mahmoud Ahmadinejad. Dalam kunjungannya ke AS untuk menghadiri sidang PBB, Rouhani mengajak satu-satunya anggota parlemen Iran berlatar belakang Yahudi turut ke New York dalam rombongannya. . Dia juga mengutuk pembunuhan massal orang Yahudi oleh Nazi sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Ia men-tweet ucapan selamat tahun baru Yahudi dan memberi hormat kepada tentara Iran berkebangsaan Yahudi yang tewas dalam perang melawan Irak pada tahun 1980-an.
Sejak penunjukannya, Younesi - yang merupakan ulama Muslim - ia telah mengunjungi sinagog dan gereja-gereja di seluruh negeri. Menurut harian reformis Iran, Shargh, setelah salah satu kunjungan mereka di Kota Shiraz, ia berkata: "Iran adalah milik semua rakyat Iran dari setiap kelompok etnis atau agama, dan mereka semua memiliki hak untuk hidup damai bersama warga lainnya."
Dia juga dikutip mengatakan: "Tidak ada yang diperbolehkan untuk menekan atau melanggar hak dari setiap kelompok minoritas. Kita semua memiliki hak yang sama."
Pemerintah Iran tahun lalu menyumbangkan hampir setengah juta dolar ke rumah sakit Yahudi Teheran. Tapi kelompok garis keras, yang sangat menentang gerakan damai tersebut, belum tetap tenang. Sebaliknya, mereka telah mengadakan kompetisi kartun untuk menyangkal Holocaust di ibu kota.
Iran diyakini memiliki populasi Yahudi terbesar di Timur Tengah setelah Israel. Tapi populasi Yahudi di negara itu merosot setelah revolusi Islam, ketika banyak orang Yahudi Iran berimigrasi ke Israel atau ke negara lain.
Iran hingga kini masih dianggap sebagai bangsa yang paling anti Yahudi di Timur Tengah, menurut sebuah jajak pendapat terbaru oleh lembaga US. Meskipun orang-orang Yahudi Iran bebas untuk mempraktikkan iman mereka seperti minoritas lainnya, beberapa laporan mengatakan etnik Yahudi di negara itu merasa sebagai warga negara kelas dua.
Ikuti berita kami di Facebook
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...