Pertemuan Menlu ASEAN di Bangkok Bahas Limbah Plastik
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN yang berlangsung di Bangkok, Thailand, pada 30 Juli, kemungkinan besar akan mengangkat isu limbah plastik dan sejumlah isu lain.
Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Jose Tavares mengemukakan hal itu dalam jumpa pers mingguan di kantornya di Jakarta, Jumat (26/7). Bahwa isu limbah plastik yang mencemari lautan kemungkinan akan menjadi salah satu isu utama yang dibahas dalam pertemuan para menteri luar negeri ASEAN di Bangkok, pada 30 Juli-2 Agustus mendatang.
Negara-negara maju membuang jutaan ton limbah plastik ke negara-negara berkembang, terutama di Asia Tenggara, yang mengakibatkan pencemaran limbah plastik di kawasan itu meluas. Beberapa negara anggota ASEAN menanggapinya dengan mengembalikan ratusan ton limbah plastik impor ke negara-negara asal.
Malaysia pada Juni mengembalikan ratusan ton limbah plastik ke negara pengekspornya, termasuk Australia, Kanada, China, dan Amerika Serikat. Awal Juli ini, Indonesia mengembalikan 49 kontainer limbah plastik ke AS, Australia, Prancis, Jerman, dan Hong Kong. Kamboja juga baru-baru ini menyatakan akan mengembalikan 1.600 ton limbah impor plastik ke AS dan Kanada.
ASEAN sudah memiliki Konvensi Memerangi Sampah Laut.
Dalam pertemuan pekan depan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dijadwalkan hadir.
Tavares menambahkan, akan ada serangkaian kegiatan dalam pertemuan tersebut, yakni ASEAN Serial Meeting dilanjutkan pertemuan ASEAN dengan sepuluh negara mitra (China, Korea Selatan, Jepang, Australia, India, Selandia baru, Kanada, Amerika Serikat, Rusia, dan Uni Eropa). Kemudian juga ada pertemuan Forum Regional ASEAN, ASEAN Plus 3.
Menurutnya, ada beragam isu yang akan dibahas dalam rangkaian pertemuan para menteri luar negeri ASEAN tersebut, termasuk isu antara ASEAN dengan negara-negara mitra, isu regional, dan internasional.
Tavares memperkirakan Menteri Retno akan menyampaikan mengenai ASEAN Outlook on Indo Pacific, kepada negara-negara mitra dalam pertemuan ASEAN PLus 1, ASEAN Plus 3, dan Forum Regional ASEAN.
"Jadi pada kesempatan-kesempatan tersebut Menteri Retno, akan menyampaikan pandangan atau memperkenalkan secara formal kepada negara-negara mitra mengenai ASEAN Outlook on Indo Pacific dan kemudian kemungkinan besar akan mengajak bekerja sama dalam implementasi tindak lanjut dari outlook tersebut," kata Tavares.
Tentu saja, lanjutnya, isu-isu aktual di kawasan, seperti repatriasi pengungsi etnis Rohingya ke Negara Bagian Rakhine (Myanmar), Semenanjung Korea, dan Laut China Selatan, juga akan disampaikan oleh Menteri Retno.
Mengenai isu Laut China Selatan, menurut Tavares, ASEAN tidak menghendaki adanya peningkatan ketegangan di wilayah tersebut. Semua negara ASEAN pastinya akan meminta semua pihak untuk menahan diri untuk tidak memperumit situasi di Laut China Selatan.
Pada kesempatan yang sama, pelaksana tugas juru bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, mengatakan selain terlibat dalam rangkaian pertemuan para menteri luar negeri ASEAN, Menteri Retno juga dijadwalkan mengadakan beberapa pertemuan bilateral. Namun sejauh ini belum ada kepastian jadwal pertemuan bilateral tersebut dengan negara mana saja.
Sejauh ini, kata Faizasyah, ada beberapa negara, termasuk Kanada dan Filipina yang ingin menggelar pertemuan bilateral dengan Indonesia di sela pertemuan para menteri luar negeri ASEAN.
"Biasanya memang di sela-sela pertemuan ASEAN dicoba dicarikan waktu untuk pertemuan bilateral. Kita mencatat begitu padatnya rangkaian pertemuan ASEAN sehingga tidak terlalu mudah untuk mencarikan waktu untuk pertemuan bilateral," kata Faizasyah. (Voaindonesia.com)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...