Pertemuan Prabowo-Jokowi Tunjukkan Tak Ada yang Abadi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Indonesia Lely Aryani mengatakan pertemuan antara Prabowo Subianto dengan Joko Widodo, pada Jumat (17/10) menunjukkan tidak ada hal yang abadi dalam politik, baik itu permusuhan atau pertemanan.
“Pertemuan Prabowo-Jokowi hari ini, Jumat (17/10) menunjukkan bahwa politik itu cair. Artinya, tidak ada yang abadi dalam politik, baik itu permusuhan ataupun pertemanan," kata dia kepada satuharapan.com usai menjadi pembicara dalam Talk Show DPD RI dengan tema “Peran Strategis DPD RI dalam Keseimbangan Parlemen,” di Ruang Wartawan DPD, Jumat (17/10).
“Masyarakat itu adalah mahluk yang melihat sosok panutan. Jadi, Prabowo dan Jokowi harus membuat sesuatu berbeda agar menjadi panutan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” dia menambahkan.
Dia mengaku telah menduga terjadinya pertemuan antara Prabowo-Jokowi. Lely mengatakan melihat Prabowo akan mementingkan bagaimana cara menjadi panutan dalam pijakan berkarya dan berperilaku politik. “Ini biasa saja dalam politik, tapi ini memberi pelajaran bagaimana orang dapat berpikir sebagai seorang negarawan,” kata dia.
Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Indonesia itu menceritakan pernah berpikir Prabowo akan langsung mendatangi Jokowi setelah pengumuman hasil Pemilu Presiden 2014 oleh KPU. Namun ternyata dugaannya salah, karena ucapan Prabowo datang setelah melewati proses Mahkamah Konstitusi dan perseteruan diantara pendukung koalisi yang dibangun.
“Seperti pertandingan olahraga, biasanya yang kalah kan salam yang menang. Dulu saya kira Prabowo akan begitu,” tutur dia.
Perbaiki Citra Prabowo
Lely pun menilai pertemuan Prabowo-Jokowi, Jumat (17/10), memperbaiki citra politik Ketua Umum Partai Gerindra tersebut di mata masyarakat. Menurut dia, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kicauan masyarakat di media sosial, seperti Twitter.
“Di Twitter tadi saya melihat ada yang mengatakan akhirnya sang jenderal berbesar hati, dia sudah bersikap sebagai jenderal yang berwibawa,” ucap Lely.
“Artinya, banyak hal positif daripada para pendukung maniak yang mengatakan jangan sampai Prabowo berteman dengan Jokowi atau bersalaman,” dia menambahkan.
Ia pun mengatakan, pertemuan kedua tokoh nasional itu menunjukkan bahwa Prabowo adalah seseorang yang taat hukum, santun berpolitik, berjiwa besar, dan menyadari kepentingan politiknya belum berakhir.
“Prabowo sudah melewati perjuangan yang sangat panjang, untuk bisa meyakinkan publik lewat undang-undang dan penegak hukum bahwa dia berhak menjadi presiden. Tapi pada sisi lain, hukum yang menentukan siapa yang jadi pemenang. Pertemuan itu justru menjadi awal baru bagi kepentingan politik Prabowo ke depan, dimana Prabowo bisa mengakomodasi kepentingan politiknya lewat koalisi yang dibangun di parlemen,” Lely menjelaskan.
Editor : Bayu Probo
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...