Perubahan Iklim Mungkin Yang Memperparah Banjir Bandang di Jerman dan Belgia
Korban meninggal mencapai 125 orang, dan ratusan lain masih dicari.
BERLIN, SATUHARAPAN.COM-Sedikitnya 125 orang tewas dalam banjir dahsyat di sebagian Jerman barat dan Belgia, kata para pejabat hari Sabtu (17/7), ketika operasi pencarian dan penyelamatan berlanjut untuk menemukan ratusan korban lainnya yang belum ditemukan atau dalam bahaya.
Pihak berwenang di negara bagian Rhineland-Palatinate, Jerman, mengatakan 60 orang tewas di sana, termasuk 12 warga dari fasilitas tempat tinggal untuk penyandang disabilitas di kota Sinzig yang dikejutkan oleh aliran air yang tiba-tiba dari sungai Ahr di dekatnya.
Di negara tetangga Rhine-Westphalia Utara, pejabat negara bagian menyebutkan jumlah korban tewas 43 orang, tetapi memperingatkan bahwa angka itu bisa meningkat.
Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier, mengatakan dia "terkejut" oleh kehancuran yang disebabkan oleh banjir dan berjanji mendukung keluarga mereka yang tewas dan kota-kota yang menghadapi kerusakan signifikan.
“Pada saat dibutuhkan, negara kita berdiri bersama,” kata Steinmeier dalam sebuah pernyataan Jumat sore. “Penting bagi kita untuk menunjukkan solidaritas bagi mereka yang darinya banjir telah merenggut segalanya.”
Pihak berwenang mengatakan Kamis malam bahwa sekitar 1.300 orang di Jerman terdaftar sebagai orang hilang, tetapi mereka memperingatkan bahwa jumlah yang tinggi dapat disebabkan oleh laporan ganda dan kesulitan menjangkau orang-orang karena gangguan jalan dan layanan telepon.
Dalam penghitungan sementara, jumlah korban tewas di Belgia naik menjadi 12, dan lima orang hilang, otoritas setempat dan media melaporkan Jumat. Sebagian besar korban tenggelam ditemukan di sekitar Liege, di mana hujan paling deras melanda.
Banjir bandang pekan ini menyusul hujan deras berhari-hari yang mengubah aliran sungai dan jalan-jalan menjadi arus deras yang menyapu mobil dan menyebabkan rumah-rumah runtuh di seluruh wilayah.
Ribuan orang tetap kehilangan tempat tinggal di Jerman setelah rumah mereka dihancurkan atau dianggap berisiko oleh pihak berwenang, termasuk beberapa desa di sekitar waduk Steinbach yang menurut para ahli dapat runtuh karena beban banjir.
Malu Dreyer, gubernur negara bagian Rhineland-Palatinate, mengatakan bencana itu menunjukkan perlunya mempercepat upaya untuk mengekang pemanasan global. Dia menuduh blok Uni kanan-tengah Laschet dan Merkel menghalangi upaya untuk mencapai pengurangan gas rumah kaca yang lebih besar di Jerman, ekonomi terbesar Eropa dan penghasil utama gas pemanasan planet.
“Perubahan iklim tidak abstrak lagi. Kami mengalaminya dari dekat dan menyakitkan,” katanya kepada grup media Funke.
Para ahli mengatakan bencana seperti itu bisa menjadi lebih umum karena perubahan iklim. “Beberapa bagian Eropa Barat... menerima curah hujan hingga dua bulan dalam waktu dua hari. Yang membuatnya lebih buruk adalah tanah sudah jenuh oleh curah hujan sebelumnya,” kata juru bicara Organisasi Meteorologi Dunia, Clare Nullis.
Nullis menambahkan: “Perubahan iklim telah meningkatkan frekuensi kejadian ekstrem. Dan banyak peristiwa tunggal telah terbukti diperburuk oleh pemanasan global.”
Sementara itu, curah hujan yang terus-menerus di Swiss telah menyebabkan beberapa sungai dan danau jebol. Penyiar publik SRF melaporkan bahwa banjir bandang menyapu mobil, membanjiri ruang bawah tanah dan menghancurkan jembatan kecil di desa utara Schleitheim und Beggingen Kamis malam. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...