Perubahan Kebiasaan Minum Kurangi Asupan Mikroplastik

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran mengenai hubungan mikroplastik dengan kejadian penyakit seperti kanker dan demensia, para peneliti menyarankan penerapan perubahan kebiasaan minum untuk mengurangi asupan mikroplastik.
Menurut siaran Medical Daily pada Kamis (6/3), mikroplastik bisa mencemari makanan yang dikonsumsi, air yang diminum, hingga udara yang dihirup.
"Mengingat keberadaan mikroplastik yang tersebar luas di lingkungan, menghilangkan paparan sepenuhnya tidaklah realistis," tulis para peneliti dalam makalah ilmiah baru yang diterbitkan di Genomic Press.
Menurut mereka, pendekatan yang lebih praktis adalah mengurangi sumber asupan mikroplastik yang paling signifikan.
Para peneliti mendapati bahwa beralih dari air dalam kemasan ke air keran yang disaring dapat mengurangi asupan mikroplastik dari 90.000 menjadi 4.000 partikel setiap tahun, menjadikannya sebagai "intervensi yang berdampak."
Meskipun mengurangi asupan merupakan pendekatan yang logis diterapkan untuk meminimalkan dampak mikroplastik terhadap kesehatan, namun masih belum jelas apakah tindakan ini dapat menghasilkan pengurangan yang terukur dalam akumulasi mikroplastik dalam jaringan tubuh manusia.
Para peneliti menyampaikan bahwa selain dari air minum dalam kemasan, mikroplastik bisa masuk ke dalam tubuh melalui makanan laut dan alkohol.
Makalah ilmiah yang dipublikasikan di Genomic Press juga menyoroti beberapa strategi praktis untuk mengurangi paparan mikroplastik dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut makalah tersebut, pengurangan paparan mikroplastik dapat dilakukan dengan menghindari kebiasaan memanaskan makanan di dalam wadah plastik, yang dapat melepaskan hingga 4,22 juta partikel mikroplastik per sentimeter persegi.
Cara lain yang direkomendasikan yakni mengurangi penggunaan kantong teh yang berpeluang mengandung mikroplastik dan tidak menyimpan makanan dalam wadah plastik.
Dalam makalah ilmiahnya, para peneliti juga menggarisbawahi pentingnya memilih makanan utuh daripada makanan dalam kaleng atau makanan yang diproses secara berlebihan untuk mengurangi peluang terpapar mikroplastik.
Penelitian menunjukkan bahwa manusia bisa menghirup hingga 62.000 partikel mikroplastik setiap tahun.
Karena udara merupakan sumber utama paparan mikroplastik, para peneliti menyarankan penggunaan filter High-Efficiency Particulate Air (HEPA) yang dapat menyaring hingga 99,97 persen partikel sekecil 0,3 mikron di udara.
Para peneliti mencatat bahwa usia tidak berpengaruh pada seberapa banyak mikroplastik yang terakumulasi dalam tubuh, menunjukkan bahwa meski mungkin terus menerus terpapar mikroplastik di lingkungan tubuh seiring waktu dapat menghilangkannya secara alami melalui keringat, urine, dan feses.

UNICEF: Lebih dari 200 Anak Diperkosa di Sudan Sejak Awal 20...
KHARTOUM, SATUHARAPAN.COM-Anak-anak di Sudan yang dilanda konflik selama satu tahun telah diperkosa ...