Perundingan Damai Suriah Memasuki Isu Politik
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Pembicaraan damai Suriah di Jenewa akan beralih ke masalah politik yang lebih luas yang kemungkinan akan terkait transfer kekuasaan yang telah membuat negeri itu terpecah.
Namun demikian, masalah bantuan kemanusiaan diharapan terus berlanjut dengan konvoi bantuan kemanusiaan yang mencapai kawasan yang terkepung seperti di kota Homs.
Pada pembicaraan hari Minggu, delegasi pemerintah Suriah mengatakan perempuan dan anak-anak dapat meninggalkan kota Homs, meminta adanya daftar nama orang-orang yang ingin meninggalkan kota itu. Dan beberapa delegasi dari pihak oposisi menyatakan keberatan atas syarat itu.
"pihak rezim terus bertanya tentang daftar itu," kata Obeida Nahas dari Dewan Nasional Suriah kepada BBC. "Kami merasa bahwa ini adalah daftar yang akan mereka gunakan untuk menahan orang dan mungkin menyiksa mereka."
Masih Lambat
Secara resmi negosiasi untuk mengatasi masalah yang berpotensi meledak terkait transfer kekuasaan di Suriah yang dijadwalkan pada hari Senin ini. Pembicaraan tersebut masih mungkin terjadi, tetapi ada kemungkinan akan ada tekanan baru terhadap pemerintah Presiden Bashar Al-Assad untuk mematuhi rencana PBB mengirim bantuan kemanusiaan ke Homs.
Wakil Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Mekdad, mengatakan bahwa perempuan dan anak-anak bebas untuk meninggalkan kota. Diduga dia mencegah hal itu dilakukan oleh kelompok bersenjata.
Mediator dari utusan PBB dan Liga Arab, Lakhdar Brahimi, mengatakan bahwa oposisi telah sepakat untuk memberikan daftar tahanan oleh kelompok-kelompok bersenjata. Dia juga mengatakan bahwa konvoi bantuan kemanusiaan PBB dan Palang Merah bisa menuju Homs pada hari Senin (27) ini.
Ratusan orang dilaporkan terjebak di bagian kota yang terkepung ini, termasuk beberapa orang yang sakit parah dan rentan.
Brahimi mengakui pembicaraan itu berjalan perlahan tetapi mengatakan bahwa pada hari Senin dia berharap kedua belah pihak untuk membuat beberapa pernyataan umum tentang jalan ke depan.
Dia mengatakan itu bahwa terlalu dini untuk menilai prospek kesepakatan yang komprehensif.
Saling Menghormati
Oposisi dan pemerintah secara fundamental memiliki tujuan yang berbeda atas konferensi ini. Delegasi pemerintah mengatakan bahwa masalah utama pembicaraan adalah menemukan solusi untuk mengatasi terorisme yang didukung asing.
Sementara pihak oposisi bersikeras bahwa rezim haris komit dengan kesepakatan tertulis pada komunike Jenewa I yang menyebutkan proses transisi. Hal itu mendesak Suriah membentuk otoritas pemerintahan transisi yang "dapat mencakup anggota pemerintah saat ini dan oposisi dan kelompok lain".
Pihak oposisi juga telah meminta pembebasan ribuan tahanan dalam penjara pemerintah.
Brahimi mengatakan bahwa dia berharap pembicaraan pada hari Senin untuk mengikuti format hari Minggu, yaitu dimulai dengan sesi bersama pada pagi hari , kemudian bertemu secara terpisah di sore hari.
Utusan PBB dan Liga Arab itu mengatakan bahwa dia didukung oleh atmosfer pembicaraan pada hari Minggu yang ditandai dengan "saling menghormati.” Meskipun tidak ada kata-kata langsung di antara delegasi, namun kedua belah pihak berbicara satu sama lain melalui mediator.
Konflik di Suriah telah membunuh lebih dari 130.000 jiwa sejak dimulai pada tahun 2011.
Kekerasan itu mengakibatkan 9,5 juta orang meninggalkan rumah mereka, dan menciptakan krisis kemanusiaan besar di dalam negeri Suriah dan negara tetangga. (AFP/ bbc.co.uk / un.org)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...