Perundingan Suriah di Jenewa Fokus pada Mengakhiri Kekerasan
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Perundingan antara delegasi pemerintah dan koalisi oposisi Suriah memulai pembicaraan putaran kedua di Jenewa, Swiss dengan agenda mengakhiri kekerasan dan terorisme, serta pembentukan badan transisi.
Putaran kedua perundingan itu dimulai hari Senin (10/2) dengan mendiator Wakil Khusus PBB dan Liga Arab, Lakhdar Brahimi. Sebelumnya pada kahir Januari, kedua pihak untuk pertama kali duduk bersama untuk membahas penyelesaian perang saudara di Suriah yang telah berlangsung hampir tiga tahun.
Perundingan pertama tidak mendapatkan banyak kemajuan, karena masing-masing pihak masih menghadapi gap posisi yang tajam. Namun kemudian ada kesepakatan untuk memberikan akses bantuan bagi warga di Suriah yang terkepung.
Akhir pekan lalu disepakati gencatan pendek selama tiga hari untuk memberikan bantuan makanan dan obat bagi warga kota Homs yang terkepung selama hampir dua tahun. Namun pihak PBB mengecam adanya penembakan yang menargetkan para petugas kemanusiaan.
Kota Homs dihuni 2.500 jiwa, di mana penderitaan mereka mencerminkan akibat perang yang sangat mengerikan. Setiap hari kota itu menghadapi pengepungan dan serangan dengan bom.
Gencatan senjata yang menjadi "jeda kemanusiaan" dimulai hari Jumat dan baru mengevakuasi 83 orang ketika penembak jitu dan tembakan menghentikan upaya bantuan tersebut.
Sepanjang akhir pekan tim PBB dan pekerja Bulan Sabit Merah Suriah terus berusaha mengevakuasi warga di bawah tembakan, yang menyebabkan 11 orang meninggal. Namun lebih dari 800 orang akhirnya dievakuasi dari kota tua itu dan bantuan makanan penting dan obat berhasil masuk kota itu.
“Ini benar-benar tidak dapat diterima, para pekerja bantuan PBB dan Red Crescent Suriah sengaja ditargetkan," kata Koordinator Bantuan Darurat PBB, Valerie Amos, dalam sebuah pernyataan.
Dia minta masyarakat internasional untuk menekan pertanggungjawaban penuh pasukan pemerintah dan oposisi Suriah, serta menuntut gencatan senjata diadakan sehingga semua yang ingin meninggalkan kota itu dapat melakukannya dengan aman.
Pembicaraan yang tengah berlangsung dimulai dengan pertemuan Lakhdar Barhimi dengan kedua pihak secara terpisah dan kemudian dilanjutkan pertemuan bersama dalam satu ruang. Dasar pembicaraan adalah implementasi penuh dari rencana aksi yang ditetapkan dalam komunike Jenewa yang disepakati pada Juni 20123.
Komunike itu pertama mengenai penghentian konflik dan kekerasan, kemudian menyerukan suatu pemerintahan transisi untuk mengarah pada pemilihan umum yang bebas dan adil untuk mengakhiri perang.
Perang saudara di Suriah telah berlangsung hampir tiga tahun sejak dimulai pada Maret 2011 ketika kelompok oposisi menuntut digulingkannya kekuasaan Presiden Bashar Al-Assad. Berbagai pihak menyebutkan perang telah membunuh lebih dari 136.000 orang, dan sekitar 9 juta orang terjebak di tengah perang atau mengungsi di negara tetangga. (un.org)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...